Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Orang Indonesia Tiba-tiba Gila Batik pada Tahun 2008

Kompas.com - 06/04/2017, 15:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Kini, orang Indonesia sangat menyukai dan bangga dengan batik. Namun masih ingatkan Anda pada nasib batik sebelum tahun 2008?

Hartono Sumarsono, seorang kolektor dan pengusaha batik, bercerita dalam acara peluncuran bukunya yang berjudul Batik Betawi bahwa sebelum tahun 2008, batik dipandang sebelah mata oleh orang Indonesia.

“Ya, batik itu sama orang nggak dipandang mata. Saya sudah 20 tahunan, kalau ke luar negeri selalu pakai batik. Sampai teman perjalanan itu bilang, ‘Kamu mau kondangan ya?’ Sampai begitu,” ujarnya sambil tertawa di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (5/4/2017).

Dia melanjutkan, orang sama batik itu seolah-olah hanya buat kondangan. Jadi, ya batik memang kurang diminati oleh industri tekstil masa itu.

Namun, tiba-tiba segalanya berubah pada tahun 2008 ketika Malaysia dikabarkan ingin mematenkan batik.

Walaupun ternyata yang ingin dipatenkan adalah corak dan motifnya, tetapi orang Indonesia terlanjur marah dan menjadi gila batik sehingga wastra Indonesia ini pun berjaya kembali. Bahkan pada tahun 2009, batik dijadikan warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Hartono lalu memberikan tanggapannya mengenai persaingan batik Indonesia dan Malaysia yang kian memanas.

“Kalau persaingan itu wajar ya, setiap saat persaingan itu selalu ada. Cuma ya harapannya sih masyarakat Indonesia memakai batik. Kalau masyarakat kita cinta batik, kita nggak usah takut karena desainnya saja lebih bagus Indonesia,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com