Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2017, 20:00 WIB
|
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com - Hampir semua pria akan mengalami penipisan rambut, bahkan kebotakan pada satu waktu dalam hidupnya. Kondisi ini tentu membuat cemas dan kecemasan yang berlebihan sebenarnya bisa membuat rambut lebih mudah rontok.

Kabar baiknya, hampir sebagian besar kekhawatiran kita akan kebotakan tidak terbukti benar, terutama penyebab. Ketahui apa saja mitos dan fakta seputar kebotakan yang perlu Anda ketahui.

- Diturunkan dari garis ibu
Salah satu mitos yang banyak dipercaya adalah untuk mengetahui apakah kita akan memiliki rambut botak atau tidak adalah dengan melihat kakek dari pihak ibu. Jika kakek kita memiliki rambut lebat sampai tua, kemungkinan besar "takdir" kita pun sama.

Sayangnya, hal itu tidak benar. Faktor genetik memang berperan pada tebal tipisnya rambut seseorang, namun bukan hanya dari satu garis keturunan saja.

"Kita harus melihat kedua orangtua dan juga saudara. Jika anggota keluarga Anda banyak yang botak atau sudah mengalami penipisan rambut di usia muda, Anda juga perlu waspada dan merawat rambut dengan lebih baik," kata Joshua Zeichner, dokter dermatologi dari New York.

- Pria botak testosteronnya tinggi
Kadar testosteron yang tinggi disebut-sebut membuat rambut seorang pria lebih cepat botak. Walau begitu hal ini belum sepenuhnya benar.

Menurut salah satu penelitian, pria yang botak dan tidak memiliki kadar testosteron yang hampir sama. Yang lebih berpengaruh adalah seberapa sensitif folikel rambut kita pada pengaruh hormonal. Sensitivitas itu dipengaruhi oleh faktor genetik.

- Sinar matahari bikin rambut rontok
Meski radiasi sinar matahari berdampak buruk pada kulit, tetapi tidak terbukti membuat rambut rontok. Terlalu sering berjemur di bawah sinar matahari akan membuat rambut rusak, kusam, dan pecah-pecah. Pemakaian kondisioner dan penutup kepala saat beraktivitas di luar ruangan dapat mencegahnya.

- Sering pakai topi membuat rambut tipis
Anda termasuk pria yang tak bisa lepas dari topi? Mungkin Anda juga menyadari rambut mulai menipis dan menganggapnya disebabkan oleh pemakaian topi.

"Jika kita memakai topi terlalu ketat, memang bisa menyebabkan tekanan pada bagian topi yang kontak dengan kulit kepala. Hal ini lama kelamaan memang memicu penipisan rambut," kata Zeichner.

- Rambut rontok gara-gara stres
Memang benar kejadian traumatik terkait dengan kerontokan rambut, misalnya saja menderita penyakit berat atau menghadapi masalah berat.

Menurut Mayo Clinic, kerontokan rambut yang terkait dengan stres disebut juga dengan telogen effluvium, yakni "fase istirahat" di mana folikel rambut berhenti berfungsi. Stres berat juga bisa menyebabkan rambut rontok, tapi sementara.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com