Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Awet Tidaknya Hubungan dari Gaya Bertengkar

Kompas.com, 12 April 2017, 08:18 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Hubungan yang terlalu tenang tanpa pertengkaran bagi sebagian orang bagaikan sayur tanpa garam. Pertengkaran dengan pasangan bisa jadi sarana untuk lebih mengenal karakter satu sama lain, bahkan memprediksi keawetan hubungan.

Kenali mana gaya bertengkar Anda dengan pasangan dan ketahui apa yang harus dihindari agar hubungan tidak berantakan.

- Terus berulang
Setiap pasangan bisa jadi menghadapi masalah yang itu-itu saja dan berakhir dengan pertengkaran. Misalnya si dia sering pulang larut setelah "nongkrong" dengan temannya, atau boros belanja.

"Rasa kesal pada perilaku pasangan bisa menyebabkan kita sering mengeluh. Pertengkaran yang berulang-ulang itu bisa jadi timbul karena salah satu merasa tidak diperhatikan permintaannya, bahkan merasa kurang dihargai," kata Marni Amsellem, Ph.D, psikolog.

- Dipicu oleh hal kecil
Pertengkaran karena hal-hal kecil, seperti lupa menjemur handuk setelah mandi, bisa jadi hal yang normal. Tapi, penting juga untuk menggali apa yang membuat pertengkaran ini tak perlu terjadi.

Seringkali rasa stres, kelelahan, dan juga lapar, membuat orang mudah kehilangan sabar. Jadi, daripada ikutan tersulut emosi saat pasangan sedang kesal, cobalah mengalah dan berempati pada apa yang sebenarnya dihadapi pasangan.

- Kehilangan kontrol diri
Uang dan seks adalah dua sumber pertengkaran yang paling sering. Walau begitu, perbedaan pola asuh anak, masalah dengan mertua atau ipar, bahkan menu makanan, juga bisa menjadi bibit perselisihan.

Apa pun topik masalahnya, waspadalah agar Anda tidak sampai kehilangan kontrol diri. Mengungkit kesalahannya di masa lalu, memaki dengan kata kasar, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik, adalah hal yang wajib dihindari saat bertengkar. Kehilangan kontrol diri sesaat bisa membuat hubungan pernikahan menjadi tidak sehat, penuh dendam dan ketakutan.

- Terlalu serius
Hidup ini jangan terlalu serius agar tidak stres. Demikian juga halnya dengan pertengkaran. Tak perlu membesar-besarkan setiap kesalahan pasangan dan menjadikannya "peluru" saat bertengkar. Cobalah untuk mengeluarkan sisi humor saat berdebat atau membujuk pasangan. Saling mengerti dan mau mengalah adalah kunci hubungan awet.

- Melihat ke depan
Bila kita menuruti ego, tentu kita ingin pasangan menerima pendapat kita serta selalu menuruti setiap kemuan. Tetapi, kondisi ini bisa membuat sulit mencapai titik temu. Bila sudah begitu, cobalah untuk melihat jauh ke depan.

Tanyakan pada diri sendiri apakah apa yang Anda pertengkarkan saat ini sesuatu yang penting pada tahun mendatang. Melihat masa depan hubungan Anda memiliki efek positif, termasuk diantaranya membuat kita lebih mudah bertoleransi pada pasangan.

- Berteriak dan memaki
Jika gaya pertengkaran Anda selalu diwarnai oleh teriakan dan makian, hasilnya bisa sangat merusak. Cobalah ubah gaya bertengkar Anda. Renungkan apakah ada perilaku Anda yang membuat pasangan menjadi terlalu serius atau justru kurang peduli. Perasaan kurang diabaikan lama-kelamaan bisa menyebabkan konflik.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau