Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2017, 16:39 WIB
|
EditorSri Noviyanti

KOMPAS.com – Setiap orang pada dasarnya bebas saja menentukan gaya hidup. Namun, kebiasaan yang tak tepat dari gaya hidup bisa meningkatkan risiko kesehatan, termasuk masalah tulang dan otot.

Merokok, misalnya. “Nikotin dan tar yang terkandung di rokok membuat tubuh tidak mampu menyerap dan menyimpan kalsium,” ujar Yagya Khadka, dokter ortopedi di Nepal Orthopedic Hospital, seperti dikutip thehimalayantimes.com, Selasa (27/12/2016).

Padahal, lanjut Khadka, kalsium diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang agar terhindar dari osteoporosis—tulang keropos—yang masalahnya kerap baru terasa saat usia mulai merangkak senja. Tak hanya itu, kalsium juga berguna untuk meminimalkan risiko timbulnya nyeri tulang, nyeri otot, dan lemah otot.

Data Kementerian Kesehatan yang dilansir pada 2015 menyebutkan, 1 dari 4 wanita berusia 50-80 tahun di Indonesia menderita osteoporosis. Risiko perempuan menderita masalah degeneratif ini juga disebut 4 kali lebih besar daripada laki-laki, merujuk hasil riset International Osteoporosis Foundation.

Kebiasaan lain yang dapat pula menimbulkan masalah kesehatan tulang dan otot adalah terlalu banyak beraktivitas di dalam ruangan. Menurut Khadka, orang yang jarang beraktivitas di luar ruangan bakal minim terpapar sinar matahari, sehingga berisiko kekurangan vitamin D.

Buat tubuh, vitamin D punya fungsi membantu penyerapan kalsium. “Kita perlu berjemur setidaknya 10 hingga 15 menit setiap hari untuk memperoleh jumlah vitamin D yang cukup,” ujar Khadka.

Berikutnya adalah urusan makan dan polanya. Kebiasaan makan berlebih cenderung menyebabkan obesitas alis kelebihan berat badan.

thinkstock/comzeal Ilustrasi kaki terkilir

Kondisi tersebut akan memberikan beban berlebih pada tulang, urat, dan ligamen—jaringan yang mengikat tulang pada persendian. Akibatnya, urat serta ligamen bakal rawan melemah dan otot menjadi lebih rentan terkilir, terutama di bagian kaki dan pinggang.

“Kaki, tumit, lutut, dan pinggang akan lebih sering mendapat tekanan (dari kelebihan berat badan) dibandingkan anggota tubuh lainnya," kata Sharon Perkins, perawat di South Shore Hospital, dalam artikelnya di situs web livestrong.com, Minggu (1/11/2015).

Karena itu, menjaga berat badan sangat dianjurkan oleh para praktisi kesehatan. Saat dirasa bobot itu sudah berlebihan, menurunkannya merupakan langkah bijak. Berdasarkan informasi dari Johns Hopkins Arthritis Center, setiap penurunan 0,45 kilogram berat badan, tekanan beban ke otot lutut akan berkurang 1,81 kilogram.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com