Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2017, 16:04 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

KOMPAS.com – Banyak perempuan lupa menjaga pola makan dan berolahraga. Jangankan perempuan yang bekerja, ibu rumah tangga pun sering mengatakan hal sama. Padahal, risiko masalah tulang dan otot membayangi.

Agnes, misalnya. Setiap pagi, ibu rumah tangga warga perumahan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, ini sibuk memasak sarapan buat suami dan anak semata wayangnya. Sesudah makanan siap, dia beranjak menyiapkan baju untuk dua orang tercintanya itu.

Selepas sang suami berangkat kerja dan anaknya sekolah, Agnes pun disibukkan dengan segala pekerjaan rumah tangga, dari mencuci, mengepel, memasak untuk makan siang dan malam, beberes rumah, hingga menyeterika. Makan dia lakukan sambil mengerjakan semua aktivitas itu. Itu pun cuma beberapa suap.

Petang harinya, perempuan berusia 40 tahun itu masih harus menemani anaknya belajar. Begitu ketika suami dan anaknya tidur pada malam hari, Agnes masih berkutat merapikan piring dan gelas bekas makan malam.

Rutinitas itu berlanjut dari hari ke hari, dan belum terhitung ketika suami atau anaknya sakit. Masih ada juga urusan sosialisasi dengan tetangga dan keperluan lain, termasuk dengan keluarga besar.

Olahraga jadi agenda ke sekian kali, yang bahkan malah tak sempat terpikir. Meski memasak, makan juga belum tentu teratur, terutama saat urusan beberes rumah belum tuntas. Alhasil, urusan kesehatan badan sendiri kerap terabaikan.

Peringkat terbawah

Agnes bukan satu-satunya yang punya cerita seperti itu. Survei Kesehatan Wanita Indonesia 2017 yang dilakukan PT Fonterra Brands Indonesia dan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) menemukan mayoritas perempuan Indonesia lebih mengutamakan keluarga dibanding kesehatan diri mereka.

Bahkan, survei itu mendapati, rata-rata perempuan Indonesia menempatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya di peringkat kedua terbawah dalam daftar lima prioritas hidup. Tiga besar prioritas mereka, berturut-turut adalah keluarga, spiritual, dan keuangan.

Survei yang sama menyebutkan, kondisi itu bukan berarti perempuan tak sadar soal pentingnya gaya hidup sehat, termasuk demi mengurus keluarga dan menjalankan peran di masyarakat.

thinkstock/grinvalds Ilustrasi makan tidak sehat

Merujuk riset ini, 9 dari 10 perempuan tidak mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang. Lalu, 8 dari 10 perempuan tidak rutin berolahraga. Bahkan, mayoritas responden menganggap olahraga sebagai kegiatan yang membosankan.

Hasilnya, survei mendapati 58 persen dari 500 responden mengaku punya keluhan sakit punggung dan otot. Sudah begitu, 67 persen responden yang mengaku menghadapi masalah itu tak berupa mencari pengobatan.

Seperti apa kebutuhannya?

Masalah tulang dan otot ini tentu saja berkaitan erat dengan asupan nutrisi sehari-hari, terutama kalsium dan vitamin D. Menurut National Institutes of Health (NIH) Osteoporosis and Related Bones Diseases National Resources Center, dari usia 19 sampai 50 tahun, perempuan butuh minimal 1.000 mg kalsium per hari. Selewat usia 50 tahun, kebutuhan kalsiumnya bertambah lagi menjadi minimal 1.200 mg per hari.

Makanan dengan kandungan tinggi kalsium antara lain kacang almon, sayur brokoli, ikan salmon, dan ikan sarden. Untuk minuman, sumber kalsium bisa diperoleh dari jus jeruk dan susu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com