Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2017, 18:29 WIB
Wisnubrata

Penulis

Hampir semua orang yang berusaha menurunkan berat badan pernah mengalami masalah ini: menurunkannya mudah, tapi menjaganya sulit. Banyak orang berusaha berbulan-bulan mencapai berat yang diinginkan. Namun begitu tercapai, kondisi itu tidak bertahan lama. Bahkan jauh lebih cepat berat itu kembali ke awal.

Mengapa hal itu terjadi? Apakah penurunan metabolisme menjadi penyebabnya? Atau ada hal lain yang berperan sehingga kita seolah ditakdirkan tidak pernah menjadi langsing? Berikut adalah 4 alasan mengapa berat badan kita kembali seperti semula, dan bagaimana mengatasinya.

Segalanya serba cepat

Kita adalah bagian masyarakat modern yang menginginkan segalanya serba cepat. Kita selalu mengharapkan hasil yang segera dalam segala usaha kita. Begitu juga dengan soal penurunan berat badan.

Jenis diet apapun yang kita lakukan, baik membatasi kalori, menghindari karbohidrat, mengurangi gula, atau pengaturan waktu makan, bila dilakukan dengan serius, membuat badan kita cepat menjadi lebih langsing. Tentu ini hal yang baik untuk memotivasi diet kita.

SHUTTERSTOCK Ilustrasi
Tapi yang kita lupakan adalah strategi berikutnya untuk menjaga agar pencapaian itu bisa berlangsung terus menerus. Kita hanya fokus terhadap bagaimana menurunkan berat, tapi lupa mencari tahu mengapa kita menjadi kegemukan. Padahal dengan mengetahui penyebabnya, kita akan bisa mengatur pola hidup agar tidak kembali menjadi obesitas.

Oleh karenanya para pakar nutrisi menyarankan agar kita tidak semata-mata fokus pada bagaimana cara cepat menjadi langsing, tapi fokuslah pada perubahan gaya hidup yang memungkinkan kita beradaptasi pada kebiasaan baru yang sehat.

Kelaparan terus menerus

Sebuah uji klinis yang dilakukan terhadap pasien penderita diabetes menghasilkan efek yang menjelaskan mengapa setelah berdiet, kita gampang menjadi gemuk lagi. Dalam uji itu, beberapa orang diberi obat bernama canagliflozin yang membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak glukosa -efek samping yang menguntungkan untuk menurunkan berat badan).

White Rock Makan nasi goreng
Namun mereka yang diberi obat tersebut hanya mengalami sedikit saja penurunan berat badan dibanding yang tidak diberi obat serupa. Mengapa? Ternyata mereka yang kehilangan banyak glukosa menjadi lebih mudah lapar dibanding biasanya. Kelaparan itu membuat mereka menyantap 100 kalori lebih banyak tiap hari untuk setipa kilogram berat yang hilang dari tubuhnya.

“Perasaan kelaparan tiga kali lebih berpengaruh daripada perlambatan metabolisme, sehingga lebih membuat tubuh kembali gemuk. Tubuh orang yang banyak kehilangan berat badan akan menyesuaikan diri agar tidak lagi kehilangan bobot. Selain memperlambat metabolisme, ia akan mendorong orang untuk makan,” ujar ahli nutrisi, Dr Tim Crowe.

Bagaimana mengatasinya? Rasa lapar adalah cermin kebutuhan fisik akan makanan, sehingga sebaiknya kita tidak mengabaikannya. Yang harus kita cermati adalah membedakan rasa lapar karena tuntutan tubuh, atau sekedar keinginan lidah untuk mengunyah. Biasakanlah makan secukupnya, sesuai kebutuhan tubuh, bukan berlebih.

Mental merasa sudah berhasil

Bagi banyak orang, penurunan berat badan adalah proses berat yang butuh pengorbanan dan kesungguhan. Saat target berat badan tercapai, kita biasanya merasa sudah berhasil dan melepaskan kendali kita, termasuk untuk mulai “balas dendam” dengan makan berlebih atau menyantap makanan yang selama ini kita hindari.

Padahal pada saat itu, tubuh kita sebenarnya sudah membiasakan diri dengan metabolisme diet. Nah, begitu kita melanggarnya sedikit demi sedikit, tubuh kembali menuntut lebih banyak makanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com