Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2017, 09:21 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com – World Allergy Organization menyatakan bahwa anak lebih berisiko mengalami alergi dibanding orang yang lebih tua. Angka prevalensinya pada anak sebesar 4 sampai 6 persen sementara pada orang dewasa hanya 1 hingga 3 persen.

Lebih spesifik lagi, data dari Allergy dan Asthma Foundation of America menyatakan bahwa alergi protein susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling banyak terjadi pada anak-anak.

Studi di beberapa negara di dunia menunjukkan prevalensi alergi protein susu sapi pada anak-anak di tahun pertama kehidupannya sekitar 2 sampai 7,5 persen.

Prof Dr Budi Setiabudiawan, dr SpA(K) M.Kes menjelaskan, gejala akibat alergi susu sapi dapat menyerang sistem gastrointestinal (50 - 60 persen), kulit (50 - 60 persen), dan juga sistem pernapasan (20 - 30 persen).

Reaksi alergi dapat timbul berupa eksim pada kulit, mengi pada saluran napas, kolik, diare berdarah, hingga konstipasi.

"Jika tidak segera ditangani, keadaan ini dapat menganggu optimalisasi tumbuh kembang si kecil dan memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan di usia dewasanya,” kata Budi, Kamis (18/5/2017).

Konsultan alergi imunologi anak ini menjelaskan, anak bisa tumbuh menjadi pemilih atau picky eaters sehingga mempengaruhi berat badan idealnya dan juga pertumbuhan fisiknya.

Gangguan hormon akibat alergi juga berisiko memunculkan obesitas yang kalau tidak dikendalikan akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan diabetes di masa depannya.

"Alergi protein susu sapi relatif lebih sulit ditangani karena alergen tidak selalu berbentuk susu, melainkan berbagai makanan seperti cake, puding, sup, kue, dan makanan lain yang mengandung susu sapi. Kondisi ini memerlukan ketanggapan orangtua untuk mencermati kandungan dalam berbagai makanan dan menangani reaksi alergi dengan cepat," ujar Budi.

Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani menambahkan, alergi protein susu sapi juga berkaitan erat dengan aspek psikologis orangtua dan anak. Alergi mempengaruhi keceriaan karena merasa dibatasi dalam memilih makanan dan merasa tidak sama dengan teman-temannya.

"Ini memperbesar stres pada anak dan orangtua. Keluarga ini jadi lebih sering menghindari acara keluarga serta kesempatan bersosialisasi," ucap Anna.

Tak hanya cemas memperhatikan tumbuh kembang anak, menurutnya, para orangtua juga menghadapi beban ekonomi seperti biaya pengobatan dan penyembuhan terhadap reaksi alergi yang dialami anak. Tekanan psikologis akan mempengaruhi kualitas hidup anak dan keluarga.

Kesadaran akan pentingnya peran orangtua dalam menangani alergi protein susu sapi pada anak membuat Nutricia Sarihusada berinistiatif meluncurkan kampanye Bunda Tanggap Alergi dengan 3K yaitu Kenali, Konsultasikan, Kendalikan.

Zeinda Rismandari, Allergy Care Manager PT Nutricia Sarihusada menyatakan, kampanye ini menjadi salah satu wujud komitmen Nutricia Sarihusada untuk memberikan pemahaman yang tepat bagi orangtua, khususnya para bunda di Indonesia mengenai tanggap alergi.

Edukasi Bunda Tanggap Alergi dengan 3K dilakukan melalui tiga cara: edukasi langsung kepada para bunda, media massa dan website www.alergianak.com.

"Orangtua perlu mewaspadai alergi protein susu sapi pada anak sejak dini, termasuk dampak fisik maupun psikis yang mungkin timbul. Jika ditangani dengan tepat, anak penderita alergi bisa tetap ceria menghadapi hari dan tumbuh sehat seperti teman seusianya,” ujar Zeinda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com