Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2017, 06:27 WIB
Auzi Amazia Domasti

Penulis


KOMPAS.com – 
Anak usia dini, sedang senang-senangnya bermain dan eksplorasi. Apa yang dilihatnya akan diikuti, ditanyakan, dikejar dan bahkan dipegang. Kebutuhan bermain pun akhirnya tak cukup kalau hanya di rumah saja. Orangtua perlu mengajaknya main ke luar ruang.

Ade Jeanne DL Tobing, seorang dokter spesialis olahraga mengungkapkan bahwa anak usia 2 sampai 5 tahun memang wajar melakukan hal tersebut. pada usia segitu, keterampilan motorik sederhana si kecil sedang berkembang.

“Wajar mereka jadi sering melakukan aktivitas fisik seperti melompat, melempar, menangkap, dan berlari,” ujarnya seperti dikutip tabloidnova, Rabu (18/6/2014).

Karena kebutuhannya seperti itu, pada 2013 pun Sam Johnson dari JCB Kids pernah mengimbau pentingnya orangtua menciptakan kegiatan di luar ruang bagi anak.

Imbauan itu berdasarkan penelitian mereka yang mendapati bahwa bermain di luar ruang adalah upaya mendukung jiwa petualang anak.

Sayangnya, dalam penelitian yang dilakukan mereka pada 2.000 orangtua sebagai responden menghasilkan angka di luar harapan. Banyak anak-anak ternyata lebih lama menghabiskan waktu di dalam rumah.

Si kecil, menurut hasil penelitian hanya menghabiskan 5 jam 32 menit untuk beraktivitas di luar rumah, sepanjang Senin sampai Jumat, atau sekitar satu jam per hari. Barulah pada akhir pekan anak-anak punya kesempatan bermain di luar rumah selama 4 jam 32 menit.

Lebih lanjut, riset tersebut mendapati 43 persen orangtua mengaku anak-anaknya lebih asyik dan memilih menonton televisi daripada bermain di luar bersama teman-teman seusianya. Lalu, 42 persen orangtua lain mengatakan anaknya lebih suka bermain games di komputer.

Thinkstock/Jupiterimages Ilustrasi anak bermain di luar bersama teman

Kalau dibiarkan, hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan saraf motorik si kecil. Padahal manfaat bermain di area terbuka pernah dibahas oleh The Play Strategy for Scotland pada 2013.

Kegiatan luar ruang, dalam bahasan itu, membuat si kecil aktif secara fisik. Dampaknya pun bisa membuat mereka memiliki kebiasaan sehat selama hidup. Bahkan, bisa menjadi pengaruh makan dan tidur agar lebih baik.

Tak hanya itu, Wyeth Nutrition dalam parentingclub.co.id mengemukakan, selain fisik, manfaat juga mencakup pada perkembangan sosial si kecil.

“Ketika anak-aanak berada di luar ruangan, mereka akan memiliki berbagai ide untuk di lakukan,” begitu isi ulasan dalam laman tersebut, Jumat (9/10/2015).

Jangan ragu

Ada banyak cara untuk mendorong anak lebih tertarik bermain di luar rumah. Orangtua, misalnya, bisa memulai dengan mengajak si kecil ke tempat wisata edukatif yang tak jauh dari tempat tinggal.

Setidaknya, cari tempat-tempat yang memang dirancang untuk merangsang minat anak bermain di luar rumah.

Di kawasan Jakarta, misalnya, orangtua bisa mengajak si kecil ke taman atau Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang sudah banyak tersedia. Salah satu yang bisa didatangi contohnya, RPTRA Kalijodo, Jakarta Utara.

RPTRA tersebut memiliki arena bermain anak, yang terdiri dari tempat seluncur, ayunan, dan juga jungkat-jungkit. Anak bisa bermain dengan leluasa, dengan pengawasan orangtua.

thinkstock/saiyood Ilustrasi anak-anak bermain bola

Perlu diketahui, saat bertemu dengan teman-temannya di ruang terbuka seperti itu adalah waktu sang anak bereksplorasi dengan dirinya sekaligus belajar bersosialisasi.

Tempat lain yang lebih edukatif dan bisa dijajal oleh orangtua adalah museum. Catatannya, cari museum dengan kriteria mampu mengasah daya visual. Misalnya, museum dengan warna terang dengan isi yang cocok bagi usia mereka.

Kegiatan mengunjungi museum memang dinilai dapat mengasah kemampuan visual-spasial anak, yaitu kecerdasan dalam memahami bentuk, warna, garis, dan ruang. Hal inilah yang bisa jadi salah satu pendukung sinergi kepintaran anak secara akal, fisik, dan sosial.

Ada beberapa pilihan museum yang bisa dijadikan referensi tempat rekreasi bersama anak. Bila punya waktu lebih banyak, ajaklah ke luar kota. Di Yogyakarta, misalnya, ada Museum Anak Kolong Tangga.

Di sana, anak-anak bisa diperkenalkan dengan berbagai mainan, terutama mainan tradisional tempo dulu. Beberapa koleksi mainan tradisional yang ada antara lain, kuda-kudaan kayu, sepeda roda tiga, mainan dari motor kayu, hingga gasing dari dalam dan luar negeri.

Kalau sudah di Yogyakarta, selain museum, orangtua juga bisa mengajak anak rekreasi ke pantai atau pegunungan sekaligus mengenalkan anak pada alam.

Dari berbagai aktivitas luar ruang, si kecil bisa bermain dan mengasah kepintarannya, baik dari segi akal, fisik, dan sosial sehingga #PintarnyaBeda. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com