Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/06/2017, 10:09 WIB
Wisnubrata

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sebelumnya membuat motif-motif tematik, seperti motif pendidikan, kesehatan, transportasi, dan pertanian, kini Smart Batik Indonesia kembali membuat motif baru, yaitu motif bertema persatuan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Pemilik start-up batik asal Yogyakarta itu, Miftahudin Nur Ihsan mengaku ide pembuatan motif ini didasari keprihatinan terhadap kondisi nasional saat ini.

“Saya melihat bangsa ini sedang dihadapkan dengan banyak masalah, salah satu yang paling menonjol adalah isu SARA. Indonesia adalah negara yang besar karena masyarakatnya berbeda-beda, baik dari suku, budaya, maupun agama. Perbedaan inilah yang menuntut masyarakat kita untuk saling menghargai,” ujar pria yang biasa disapa Ihsan itu.

“Perbedaan inilah yang membuat kita kuat. Setahu saya, salah satu penyebab Indonesia dapat merdeka tahun 1945 adalah bersatunya masyarakat kita, meski suku, budaya, dan agamanya berbeda untuk bersama-sama melawan penjajah. Dan mungkin inilah sebab para pendiri negara kita memilih semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, berbeda-beda, tetapi tetap satu jua”, lanjutnya.

Motif ini cukup unik karena memunculkan peta Indonesia dalam bingkai motif sekar jagad. Selain itu ada nuansa klasik motif parang dan truntum dalam ceplok sekar jagad yang lain dan diapit dua tumpal bergambar senyawa porfirin sederhana. Semua ini dikerjakan secara manual (handmade) menggunakan malam/ lilin batik.

Ihsan menjelaskan makna dari motif ini cukup kompleks “Bingkainya sekar jagad menggambarkan keanekaragaman, keserasian, dan keindahan. Lewati bingkai sekar jagad, saya berharap kita semua sadar bahwa keanekaragaman bangsa ini yang membuat kita kuat,” katanya, Rabu (31/5/2017).

“Kemudian motif utama, menggambaran peta Indonesia adalah untuk menegaskan bahwa kita adalah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, kita semua saudara, kita dapat bersatu, meskipun dipisahkan oleh lautan”.

Ihsan menambahkan “Sementara selingan corak tradisional parang dan truntum menggambarkan harapan bangsa ke depan. Parang secara umum menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Harapan dari corak parang ini ini adalah kita senantiasa selalu bersemangat dalam membangun Indonesia.”

Sedangkan motif truntum diartikan sebagai tumbuh lagi. Ini berarti harapan agar kita menumbuhkan lagi rasa cinta tanah air dan rasa persatuan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagian terakhir dari batik ini adalah motif tumpal. Motif tumpal yang diambil merupakan gambar senyawa porfirin. Porfirin merupakan senyawa dasar yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan).

Porfirin membentuk hemoglobin (manusia) dan klorofil sebagai salah satu elemen terpenting. Maknanya adalah semangat persatuan “Bhinneka Tunggal Ika” adalah salah satu syarat agar negara ini tetap eksis dan berkembang. “Oleh karena itu, hal ini perlu dijaga,” papar Ihsan.

Rencananya batik bertema persatuan ini akan dijual dengan harga terjangkau, Rp 130.000,00 untuk ukuran 2 m x 1,15 m agar batik ini dapat dinikmati semua elemen masyarakat. Batik ini juga dipasarkan melalui media online, yakni instagram @smart_batik, facebook Smart Batik Indonesia, sehingga dapat menjangkau seluruh Indonesia.

Ihsan berharap, dengan batik ini masyarakat Indonesia dapat semakin menyadari pentingnya perbedaan dan toleransi agar kedamaian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat terjaga.

“Saya mengungkapkannya lewat batik karena kebetulan saya baru merintis usaha batik. Kalau saya ahli musik, mungkin saya mengungkapkannya lewat sebuah lagu. Saya yakin kita semua dapat berkontribusi untuk Indonesia melalui bidang masing-masing,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com