KOMPAS.com - Kita semua suka berlibur; bersenang-senang dan mengalami pengalaman baru. Tetapi, jika sepulang liburan kita justru merasa malas bekerja, maka tujuan berlibur justru tak tercapai.
Para ahli psikologi menamakan kondisi itu sebagai "post-holiday blues". Gejalanya antara lain rasa malas melakukan aktivitas rutin, susah tidur, atau malah sedih berkepanjangan.
Ada beberapa penyebab rasa galau dan uring-uringan itu justru timbul sepulang liburan. Rasa bersalah karena menghabiskan banyak uang untuk berlibur dan juga persiapan panjang untuk melakukan liburan itu bisa jadi pemicunya.
Perasaan kesal karena jadwal penerbangan terlambat, anak-anak yang rewel di kota tujuan, atau pun kejadian tidak mengenakkan lainnya, bisa menumpuk dan kembali muncul ketika kita kembali ke rutinitas harian.
Cegah depresi
Mengambil jeda sejenak untuk berlibur sejatinya memiliki banyak manfaat, termasuk mencegah depresi.
Mendatangi tempat baru, mencicipi makanan baru, dan juga hampir 24 jam selalu bersama orang-orang tercinta, bisa mengisi ulang "baterai" semangat kita.
Menurut Howard Tinsley, PhD, profesor psikologi dari Southern Illinois University, berlibur adalah elemen penting dalam kebahagiaan.
"Berlibur juga mengembalikan semangat spontanitas dan ekspresi diri. Kegiatan ini membuat kita mampu mengontrol hal-hal yang menyenangkan," katanya.
Saat kita berlibur, akan ada peningkatan jumlah dua neurotransmiter otak, yakni dopamin dan serotonin. Kedua hormon ini berpengaruh pada mood dan depresi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.