Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/07/2017, 12:52 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber WEBMD

KOMPAS.com - Kita semua suka berlibur; bersenang-senang dan mengalami pengalaman baru. Tetapi, jika sepulang liburan kita justru merasa malas bekerja, maka tujuan berlibur justru tak tercapai.

Para ahli psikologi menamakan kondisi itu sebagai "post-holiday blues". Gejalanya antara lain rasa malas melakukan aktivitas rutin, susah tidur, atau malah sedih berkepanjangan.

Ada beberapa penyebab rasa galau dan uring-uringan itu justru timbul sepulang liburan. Rasa bersalah karena menghabiskan banyak uang untuk berlibur dan juga persiapan panjang untuk melakukan liburan itu bisa jadi pemicunya.

Perasaan kesal karena jadwal penerbangan terlambat, anak-anak yang rewel di kota tujuan, atau pun kejadian tidak mengenakkan lainnya, bisa menumpuk dan kembali muncul ketika kita kembali ke rutinitas harian.

Cegah depresi

Mengambil jeda sejenak untuk berlibur sejatinya memiliki banyak manfaat, termasuk mencegah depresi.

Mendatangi tempat baru, mencicipi makanan baru, dan juga hampir 24 jam selalu bersama orang-orang tercinta, bisa mengisi ulang "baterai" semangat kita.

Menurut Howard Tinsley, PhD, profesor psikologi dari Southern Illinois University, berlibur adalah elemen penting dalam kebahagiaan.

"Berlibur juga mengembalikan semangat spontanitas dan ekspresi diri. Kegiatan ini membuat kita mampu mengontrol hal-hal yang menyenangkan," katanya.

Saat kita berlibur, akan ada peningkatan jumlah dua neurotransmiter otak, yakni dopamin dan serotonin. Kedua hormon ini berpengaruh pada mood dan depresi.

Dijelaskan oleh Baird Brightman, PhD, psikolog, orang yang depresi memiliki kadar dopamin dan serotonin yang rendah. "Lingkungan kerja bisa memperburuk. Tuntutannya tinggi tapi kendalinya rendah," katanya.

Itu sebabnya mengapa depresi bisa berkurang jika kita memiliki rasa kendali. "Saat kita berlibur, kita memegang kendali itu sehingga kadar hormonnya meningkat. Melakukan aktivitas yang menyenangkan juga membuat kadarnya naik,' ujar Brightman.

Untuk mencegah depresi yang justru timbul sepulang liburan, sebaiknya kita mengenali kepribadian liburan kita. "Apa tipe liburan yang paling kita sukai. Sesuaikan dengan kepribadian keluarga," saran Frank Farley, PhD, psikolog klinis terkemuka.

Ada orang yang menyukai tantangan dan petualangan sehingga butuh pengalaman yang lebih dalam. Misalnya saja menaiki roller coaster di wahana permainan, berkemah, atau menjelajahi suatu kota.

Namun, orang yang lebih suka sesuatu yang stabil, terprediksi, dan tenang, mungkin akan lebih cocok menghabiskan minggu di pantai atau bersantai di pinggir kolam renang.

"Ciptakan suasana liburan yang sesuai dengan tipe kepribadian kita sehingga saat pulang kita benar-benar merasa segar," katanya.

Cara lainnya adalah dengan tidak menghabiskan waktu liburan terlalu dekat dengan waktu kembali bekerja. Luangkan satu atau dua hari untuk menyiapkan diri kembali ke rutinitas.

Buatlah jurnal perjalanan Anda sehingga kenangan indahnya tak akan pudar. Tuliskan pengalaman Anda itu dalam blog sehingga semua emosinya, baik positif atau negatif tetap diingat dan menambah semangat lagi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WEBMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com