KOMPAS.com — Puasa Ramadhan adalah momen untuk mengontrol diri, termasuk dalam hal makanan.
Mereka yang menjalani puasa akan minum-makan saat sahur sebelum waktu subuh, dan baru melakukannya lagi setelah adzan maghrib.
Harapannya, berat badan menjadi teratur karena energi dari makanan yang terpakai oleh tubuh akan menjadi seefisien mungkin, seperti digambarkan peneliti nutrisi Anna Denny dalam "Is Fasting for Ramadan Healthy?" di The Guardian.
"Hal pertama yang terjadi saat puasa adalah terpakainya energi (glukosa) yang tersedia di tubuh. Jika itu berlangsung lama, maka energi yang tersimpan sebagai glikogen pun lalu akan terpakai," kata Anna Denny.
Namun, ketika puasa usai dan masuk masa liburan, ada saja yang mengeluh saat melihat angka di timbangan. Bobot malah naik, padahal seharusnya puasa membuat tabungan energi berupa glukogen itu terpakai.
Kenapa bisa begitu?
Sinyal kenyang
Satu hal yang kerap luput seusai menjalani puasa sebulan penuh adalah alpa dalam mengontrol asupan makanan. Pasalnya, yang terjadi selepas Lebaran adalah "balas dendam".
Jumlah takaran makanan jadi sesukanya. Lalu libur panjang juga menjadi waktu untuk melepas penat, tetapi sekaligus rentan membuat kita berleha-leha dan menjauhi kegiatan fisik, contohnya berolahraga.
Sejatinya, sebagai gambaran, makanan yang masuk ke dalam tubuh bisa dikontrol oleh rasa kenyang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.