Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelaki Berisiko Tinggi Jadi Target Pencegahan HIV/AIDS

Kompas.com - 07/07/2017, 21:16 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Belasan pria yang baru selesai bekerja di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta mengantri rapi untuk mendapatkan materi edukasi berupa komik dan brosur mengenai pencegahan virus HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Materi edukasi yang bertajuk #UbahHidupLo itu dibagikan oleh DKT Indonesia, perusahaan yang memproduksi kondom Sutra, sebagai kampanye sosial tahun 2017.

Salim, sebut saja demikian, seorang Anak Buah Kapal, yang menerima materi tersebut dapat membaca tentang informasi perilaksu seks beresiko dalam bentuk komik yang dialognya menggunakan bahasa sehari-hari yang gampang dimengerti.

Selain mendapatkan materi edukasi, ia dan teman-temannya juga melakukan pemeriksaan HIV/AIDS, mendapatkan hiburan dangdut, dan membawa pulang gimmick berupa handuk kecil.

Kegiatan sosialisasi #UbahHidupLo itu dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Menurut Daniel Tirta, Brand Manager Kondom Sutra, selama periode Januari - November 2017, akan ada 24 pelabuhan di seluruh Indonesia yang akan menjadi sasaran kampanye.

Daniel menjelaskan, pekerja pelabuhan adalah kelompok yang rentan penularan HIV/AIDS dan juga IMS.

"Kita sadar bahwa ibu rumah tangga rentan tertular HIV/AIDS dari suaminya. Kalau dirunut kelas sosialnya C dan D, salah satu tempat kerjanya adalah pelabuhan. Semua yang di sekitar pelabuhan rentan seks bebas," paparnya.

Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 menunjukkan, ada sekitar 600.000 orang di Indonesia yang tertular HIV, sedangkan yang telah terdeteksi melalui tes HIV sekitar 200.000 orang.

Pria heteroseksual merupakan kelompok yang paling beresiko tertular HIV dan pelabuhan merupakan basis konsentrasinya.

Hasil survei yang dilakukan di 5 pelabuhan (Semarang, Surabaya, Cirebon, Makassar, dan Batam) menunjukkan, di pelabuhan Tanjung Emas Semarang 60 persen pekerja pelabuhan mengaku pernah berhubungan seks dengan Wanita Pekerja Seks (WPS) tanpa menggunakan kondom.

Sementara itu 88 persen responden di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya mengaku pernah berhubungan seks dengan WPS dan lebih dari 68 persen tidak menggunakan kondom.

Daniel mengatakan, DKT Indonesia melihat penyebaran informasi di kalangan pekerja pelabuhan sangat kurang. "Kami concern ke populasi risiko tinggi, misalnya pekerja seks, pekerja pelabuhan, dan juga heteroseksual," ujarnya.

Agar pesan yang ingin disampaikan sampai, DKT Indonesia membuat komik yang berjudul "Ingat Keluarga". "Pesannya adalah agar mereka tidak membawa penyakit ke rumah," ujarnya.

Selain pemberian komik dan materi edukasi, para pekerja pelabuhan juga bisa berkonsultasi secara pribadi. "Kami beritahu secara personal apa manfaatnya kalau memakai kondom dan bahayanya kalau tidak," imbuhnya.

Komik tersebut juga menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Misalnya saja kata "melakukan hubungan seks" diganti dengan "main sama PSK", sementara kata "penyakit" diganti dengan kata "raja singa" atau "alat vitalnya ada gejala apa".

"Kami berusaha tidak memakai bahasa kedokteran atau bahasa Indonesia baku, secara pendidikan pekerja pelabuhan juga tidak tinggi," kata Daniel.

Kampanye #UbahHidupLo di 24 pelabuhan di seluruh Indonesia. DKT Indonesia Kampanye #UbahHidupLo di 24 pelabuhan di seluruh Indonesia.
Tantangan terbesar dalam kampanye sosial ini, menurut Daniel adalah keyakinan bahwa mereka tidak akan terkena.

"Sebenarnya mereka tahu tentang HIV, cara penularan, tahu juga kondom buat apa. Cuma banyak yang berpikir kalau 'main' hanya sekali tidak akan tertular. Mereka yakin tidak akan kena. Padahal semua orang bisa berpotensi tertular," katanya.

Langkah TTM

Dalam program pencegahan infeksi HIV, dikenal dengan istilah ABC (Abstinence, Be Faithful, Use a Condom). Menurut Daniel, konsep tersebut kini dikemas dengan pendekatan yang berbeda agar lebih mudah dimengerti dengan menggunakan slogan yang sudah dikenal di masyarakat, yaitu TTM.

"Singkatannya Tahan diri dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, selanjutnya Tetap Setia dengan pasangan, dan yang terakhir Main Aman, atau selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual beresiko," katanya.

Daniel menambahkan, seks merupakan kebutuhan dasar manusia. Namun, kalau tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan seks beresiko, paling tidak jangan menularkan ke orang lain dengan cara pakai kondom.

Kampanye #UbahHidupLo pertama kali diluncurkan di media sosial pada Januari lalu. Kegiatan sosialisasi ini di beberapa daerah bekerja sama dengan LSM dan dinas kesehatan.

Menurut Daniel, efektivitas kampanye ini baru bisa dilihat setelah 6 bulan sampai setahun kemudian. "Paling gampang memang melihat data infeksi menular seksual apakah naik atau turun," katanya.

Pengendalian HIV saat ini menjadi agenda pembangunan kesehatan di banyak negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan penularan HIV berakhir di tahun 2030.

Target tersebut sejalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Dalam SDG, jumlah kasus baru HIV/AIDS ditargetkan turun 25 persen pada 2020, memastikan 90 persen mereka yang terinfeksi HIV teridentifikasi, dan 90 persen mereka yang diterapi dengan antiretroviral (ARV) pada tes darah tak tampak lagi virus HIV.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com