Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pasien Malu kalau Ketahuan Lakukan Perawatan Estetika

Kompas.com - 28/07/2017, 17:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang merasa penampilannya tak sempurna. Perawatan estetika, baik operasi plastik atau nonbedah, menjadi pilihan banyak orang untuk mengoreksi penampilannya. Namun, mereka merasa malu kalau orang lain tahu perawatan apa yang dilakukannya.

Dalam sebuah survei tahun 2016 yang dilakukan pada 913 wanita dari Taiwan, Singapura, dan Thailand, terungkap bahwa 82 persen ingin melakukan tindakan estetika. Tapi, lebih dari separuh responden mengaku takut dengan stigma dari orang di sekitarnya.

Sebelum dilakukan prosedur estetika, 44 persen pasien tidak berani bercerita karena takut dinilai negatif. Namun, setelah perawatan dan mendapati hasil yang memuaskan, mayoritas mulai terbuka pada pasangan atau teman mengenai tindakan estetika yang dilakukannya.

Ternyata, 80 persen responden mengatakan bahwa lingkungan sekitarnya tidak menghakimi atau menilai buruk pada tindakan estetika yang sudah dilakukannya.

"Punya wajah cantik atau tampan dari lahir itu anugerah, tapi tetap cantik saat tua dibutuhkan perawatan," kata dr.Olivia Ong.

Selain stigma yang masih melekat pada perawatan estetika, ketakutan terbesar pasien adalah hasil yang tampak tidak alami.

"Kebanyakan pasien tak mau terlihat tidak natural. Semua menginginkan yang natural look," kata dr.Lanny Juniarti, Dipl.AAAM, President Director Miracle Clinic.

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, menurut dr.Lanny yang terpenting adalah komunikasi antara pasien dan dokter.

Ia mengatakan, seringkali pasien datang sudah dengan foto idolanya dan meminta dokter melakukan tindakan estetika agar penampilannya mirip dengan selebriti idolanya.

"Tentu dokter harus menganalisa dulu. Setiap orang punya kecantikan individu dan ada karateristik yang tidak bisa dihilangkan. Wanita Indonesia tidak harus cantik seperti orang Korea. Kepribadian dan karateristiknya belum tentu cocok," ujarnya.

Mengarahkan

Walau dokter mengakomodasi keinginan pasien, tapi dokter juga wajib mengarahkan terapi yang tepat untuk pasien agar hasilnya proporsional.

Hal senada diungkapkan dr.Adri Dwi Prasetyo Sp.KK. Persepsi cantik atau tampan para pasien berbeda-beda. Dokter yang baik wajib mengedukasi pasiennya.

"Ada pasien yang datang tanpa masalah spesifik, pokoknya terserah dokter mau lakukan apa. Tapi, ada juga pasien yang datang dengan masalah spesifik namun tak paham estetika sehingga hasilnya bisa tidak natural," kata Adri.

Menurutnya, agar hasil akhir dari perawatan estetika memuaskan, bukan hanya pendapat dokter yang perlu didengar, tapi juga keinginan pasien. "Harus ketemu di tengah-tengah. Dokter harus menjelaskan agar pasien mengerti secara perspektif medis," ujar pendiri Rejuva Clinic di Surabaya ini.

Setiap tindakan estetika, baik dengan pembedahan atau nonbedah, harus disesuaikan dengan anatomi wajah dan kecantikan ideal. "Kecantikan ideal ini berbeda-beda. Tentu versi orang Barat berbeda dengan versi Asia," katanya.

Memaksakan dokter untuk mengerjakan tindakan yang tidak sesuai dengan proporsi wajah bisa membuahkan hasil yang tampak tidak alami. Bayangkan kalau wajahnya sangat melayu tetapi ngotot ingin mengubah bentuk bibirnya seperti Kylie Jenner.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com