Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/08/2017, 08:40 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyelesaian persoalan kampung kumuh tak melulu dengan menggusur, lalu membuat bangunan baru. Dengan sentuhan seni, salah satunya mural--wajah kumuh sebuah kampung bisa berubah cantik.

Adalah Kampung Kali Asin, Surabaya yang digubah oleh Fandy Ragil dan kawan-kawan menjadi apik. Mereka tergabung dalam komunitas Dinding Rupa yang memiliki passion di bidang mural. 

Fandy berkesempatan mengubah rupa Kali Asin setelah konsep kreasi Mural 'Merupa Menjelma di Setiap Sudut Kota' milik dia terpillih sebagai The Remarkable #ProjectPassion dari Passion Ville 2016.

Pemilihan Kali Asin pun bukan hanya karena kumuh. "Kali Asin juga dikenal sebagai kampung narkoba dan secara lingkungan nggak sehat banget," kata Fandy kepada Kompas Lifestyle, Jumat (18/7/2017). Dia pun bertekad untuk mengubah rupa, juga kehidupan sosial kampung tersebut.

Fandy memulai dengan pendekatan pada RT/RW juga karang taruna setempat untuk menggali persoalan sekaligus harapan mereka terhadap Kali Asin ke depan. Dari pendekatan tersebut satu per satu gagasan mulai terkumpul.

Buruknya kondisi kampung kumuh salah satunya karena kesadaran warga yang kurang. Tak sedikit dari warga yang membuang sampah sembarang, bahkan menggantung sampah mereka di dinding depan rumahnya, sehingga menyebabkan bau dan pemandangan yang jauh dari  indah.

Baca: Cerita Artis Mural Darbotz Menghiasi DC Shoes

Berbekal uang dari memenangkan Passion Ville 2016, Fandy dan kawan-kawan mulai membenahi Kali Asin. Sentuhan mural Dinding Rupa menggambarkan Kali Asin secara keseluruhan. Misalnya mural musisi asal Surabaya, Gombloh yang terkenal dengan salah satu lirik lagunya 'Lestari alamku, lestari desaku'. Kemudian mural vokalis God Bless, Ahmad Albar yang juga terkenal lirik lagu 'Lebih baik di sini, rumah kita sendiri'.

Pemilihan mural ini pun memiliki makna. "Di sana (sekitar Kali Asin) terjadi ekspansi besar seperti mal dan dealer mobil. Terus, Kali Asin juga sebenernya mau dilenyapin dan kita lakukan perlawanan secara cantik dengan mural seperti itu," kata Fandy yang juga turut membuat mural batik di Dolly, Surabaya.

Selain itu, dana Rp 88 juta, hasil dari kompetisi Passion Ville 2016-- lebih dari cukup membenahi Kali Asin lewat mural. Oleh karena itu, dia juga memberdayakan masyarakat lewat produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Produk tersebut menggambarkan Kali Asin dengan wajah baru.

Baca: Darbotz, Seniman Mural Indonesia yang Mendunia

Perlahan tapi pasti, pekerjaan Dinding Rupa membuahkan hasil. Mulai dari kesadaran masyarakat soal kebersihan hingga apresiasi dari Pemerintah Kota Surabaya.

Pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-714 Kota Surabaya dia diundang langsung bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani. Fandy bercerita bahwa Risma memberikan apresiasi sekaligus penghargaan kepada dia sebagai pemuda yang bergeliat dalam pembenahan kampung.

"Kita juga diskusi soal eksistensi kampung-kampung di Surabaya dan wanti-wanti tolong jaga, karena ini warisan Surabaya sejak dulu dan ini jadi tanggungjawab besar," kata dia.

Berkat karya di Kali Asin, kampung lain di Surabaya pun turut serta meminta Dinding Rupa untuk membenahi kampung mereka. Fandy pun dengan senang hati menerima, dan berencana menggali masalah dan potensi dari kampung tersebut. Dengan demikian, karya mural mereka akan menggambarkan kampung tersebut secara keseluruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com