Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2017, 12:07 WIB
Wisnubrata

Penulis

Kita seringkali tidak merasa perlu mengenakan tabir surya jika cuaca berawan dan matahari tidak kelihatan. Jika matahari tidak terlihat, maka sinarnya tidak berbahaya. Itu anggapan kita. Dan ternyata salah.

Awan memang mengurangi intensitas sinar matahari, terutama cahaya yang tampak. Namun tidak menghambat ultraviolet. “Lagi-lagi UVA bisa menembusnya, jadi kondisi berawan tetap bisa membuat kulit terpapar UVA,” kata dr. Fredi.

Jadi walau matahari tidak bersinar terik karena cuaca berawan, sunscreen tetap diperlukan untuk menjaga kulit. “Selama kita bisa melihat tangan kita di depan mata, maka sebenarnya ada sinar ultraviolet yang menerpa kita,” ujar Mona Gohara, M.D, dokter kulit di Department of Dermatology Yale University, seperti dikutip Menshealth.

4. Mengoleskan terlambat dan terlalu sedikit

Ketebalan pemakaian sunscreen menentukan seberapa besar perlindungan yang diberikan, demikian menurut American Academy of Dermatology.

Kebanyakan orang tidak mengoleskan sunscreen cukup di kulitnya karena tidak ingin menjadi lengket. Mereka memakainya tipis-tipis saja. Padahal saat ini ada pilihan tabir surya yang nyaman dipakai, tanpa ada kesan lengket berlebihan.

Selain itu, beberapa orang baru mengoleskan sunscreen setelah kulitnya terasa panas. Padahal sunscreen sebaiknya dipakai setidaknya 15 menit sebelum kita terpapar sinar matahari. Beberapa bahan aktif sunscreen baru akan bekerja setelah beberapa saat menempel di kulit, sehingga kita perlu memakainya lebih awal.

5. Tidak memakainya secara menyeluruh

Apakah Anda sudah mengoleskan sunscreen ke seluruh bagian tubuh yang terkena sinar matahari? Menurut study yang dimuat di Journal of the American Academy of Dermatology hanya 30 persen orang yang mengaplikasikan tabir surya dengan benar.

Bagian-bagian yang sering terlewatkan adalah belakang telinga, kelopak mata, pangkal hidung tepat di bawah dahi, kepala yang botak, dan di bawah bibir.

Padahal titik-titik itu rentan terkena dampak buruk ultraviolet. Bahkan sekitar 80 persen kanker bibir terjadi di bagian bawah bibir, menurut journal Anticancer Research. Untuk bagian ini, kita bisa menggunakan pemulas bibir yang mengandung SPF.

Baca: Apakah Tabir Surya Sebaiknya Dipakai di Wajah?

6. Menggunakan sekali untuk seharian

Mungkin kita sudah memilih produk tabir surya yang baik dan menggunakannya secara menyeluruh. Namun selama berjam-jam beraktivitas di luar ruang, kita lupa mengoleskan kembali. Harus diingat bahwa tabir surya tidak bertahan seharian.

Sebaiknya kita kembali mengoleskan tabir surya setelah dua hingga tiga jam berada di bawah paparan matahari. Apalagi kalau kita juga terpapar air, seperti saat berenang atau bermain di laut.

7. Hanya mengandalkan tabir surya

Dalam penelitian yang dimuat di Journal of the American Academy of Dermatology, ditemukan bahwa 38 persen orang hanya mengandalkan tabir surya saat beraktivitas di bawah sinar matahari. Ini dianggap bukan tindakan yang bijaksana, apalagi bila kita berada di luar pada tengah hari.

Walau sudah mengenakan tabir surya, namun saat matahari bersinar terik, kita sebaiknya juga melindungi tubuh dan muka, misalnya dengan mengenakan topi, kacamata hitam, dan baju lengan panjang.

Pelindung tambahan itu tentu akan membuat kita jauh lebih nyaman beraktivitas di luar ruangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com