Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/08/2017, 12:55 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

KOMPAS.com - Permukaan spons cuci piring menyimpan berbagai jenis bakteri. Meski tidak semuanya berbahaya dan menyebabkan penyakit, namun patogen tersebut tetap perlu diwaspadai, terutama pada orang dengan kekebalan tubuh yang rendah seperti anak-anak dan orang lanjut usia.

Berikut adalah tiga tips dari Solveig Langsrud, seorang ahli mikrobiologi di Nofima, sebuah lembaga penelitian terapan di Norwegia, yang telah memeriksa bagaimana prosedur kebersihan yang berbeda dapat mengurangi kontaminasi bakteri di dapur.

1. Jangan pakai spons untuk membersihkan bakteri berbahaya
Jangan gunakan spons Anda untuk menggosok sisa makanan yang sudah berbau atau menyeka daging segar, kotoran dari buah dan sayuran, susu yang tidak dipasteurisasi, muntahan atau kotoran hewan peliharaan Anda. Gunakan saja handuk kertas, cairan pembersih atau air mengalir.

Jauhkan orang sakit dari area pengolahan makanan. Untuk menghindari kontaminasi silang, cuci tangan Anda (dengan benar) dan siapkan spons yang berbeda untuk masing-masing pekerjaan, seperti untuk membersihkan meja, kompor, atau piring Anda.

Cuci tangan yang benar berarti melepas perhiasan dan menggunakan air sabun selama 20 detik sebelum mengeringkan dengan handuk bersih, kata Argyris Magoulas, pakar kebersihan dan keamanan pangan di Amerika.

2. Jaga agar spons tetap bersih
Cuci spons setiap kali selesai digunakan. Anda bisa mengurangi kuman dalam spons Anda dan menyingkirkan sebagian besar bakteri yang menempel, walaupun ini mungkin tidak mudah.

Dalam sebuah studi tahun 2008, Manan Sharma, seorang ahli mikrobiologi yang mempelajari patogen bawaan makanan bersama U.S.D.A, dan rekan-rekan—mereka merendam spons dalam daging sapi pada suhu kamar selama dua hari untuk mendapatkan bakteri ekstra-y dan kemudian membandingkan metode pembersihan biasa.

Dia menemukan bahwa membersihkan melalui microwave dan mesin pencuci piring adalah pembunuh paling efektif beberapa bakteri, jamur dan ragi. Tapi ada beberapa peringatan: Spon sintetis, logam atau kering bisa terbakar di microwave. Gelombang mikro dan model pencuci piring dapat bervariasi, Anda harus memperhatikan suhunya.

Kurang panas, terlalu sebentar atau uap yang kurang bisa memasukkan spons Anda ke dalam apa yang oleh Magoulas disebut "zona bahaya," tempat bakteri berkembang biak. Juga pastikan spons Anda basah saat dimasukkan ke dalam mesin karena uap membunuh banyak mikroba.

Dr. Langsrud mengatakan bahwa pengeringan juga cara yang sederhana, murah, ramah lingkungan dan efektif untuk mencegah jumlah bakteri. Sebab, bakteri yang menyukai air tidak bisa berkembang biak dengan spons kering.

3. Jangan terlalu sering kontak dengan spons
Meskipun sudah dilakukan pencegahan, pencucian dan pengeringan, beberapa bakteri yang tinggal di dapur bisa menumpuk di spons, kata Dr. Langsrud.

"Bakteri ini dapat bertahan untuk mengeringkan dan melindungi diri mereka sendiri dalam sisa makanan dan lendir yang diproduksi sendiri," katanya. "Mereka sulit untuk dibersihkan.”

Menurutnya, spons harus diganti setidaknya seminggu sekali, atau saat baunya tidak enak. Dan jika seseorang sakit di rumah Anda, seperti kanker, dia mengatakan untuk membuang spons setiap hari.  Gunakan kembali spons yang telah disinfeksi, tetapi hanya untuk membersihkan barang yang tak terlalu butuh higienis.

Memang perlu sedikit repot untuk menciptakan lingkungan rumah yang bersih. Namun, ini semua mungkin membuat Anda bertanya-tanya apakah spons memang diperlukan, jika ada yang lebih baik daripada yang lain dan jika ada alternatif.

Menurut Egert, jika memungkinkan, pilih pembersih yang cepat kering dan punya sedikit permukaan kecil yang bisa menyimpan bakteri.

Banyak produsen menawarkan solusi lain, —seperti bak yang bertujuan mematikan bakteri spons, permukaan antiair atau bahan antimikroba. Tetapi tanpa penelitian ilmiah yang teliti, sulit untuk mengevaluasi apakah alat itu efektif.

Selain spons, jangan lupa mengganti sikat, handuk kertas dan lap piring.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com