Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2017, 18:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebebasan berpendapat dan berekspresi di dunia maya seharusnya dibarengi dengan etika dan tanggung jawab. Namun, yang terjadi saat ini justru sebaliknya.

Isi media sosial juga sudah banyak yang melanggar norma sosial dan hukum. Kata-kata yang diunggah pun seringkali berisi kebencian dan tidak mempertimbangkan hak serta perasaan orang lain.

Sekretaris Jenderal Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB Foundation) M Farhan mengatakan, setiap individu yang menggunakan media sosial perlu memiliki pemikiran kritis dan rasa empati.

Pemikiran kritis bisa dibangun dengan menelusuri lebih jauh tentang sebuah informasi dan juga profiling. Selain itu, empati juga tak boleh ditinggalkan.

"Ketika saya di lampu merah ada anak kecil jual tisu. Saya punya dua pilihan. Pertama, saya kasih uang untuk beli, selesai masalah, udah gue bantu. Atau kedua, turun samperin ke rumahnya. Mana yang benar?" kata Farhan memberi analogi saat bincang dengan jurnalis di kantor Facebook Indonesia, Jakarta, Senin (28/8/2017).

Farhan menggarisbawahi bahwa kecepatan jari untuk membagikan konten di media sosial perlu diimbangi dengan kemauan mencari informasi secara lengkap.

Jangan ragu melakukan penelusuran secara mendalam agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia mencontohkan seorang anak yang salah potong rambut diposting di media sosial oleh temannya. Bisa jadi postingan itu menjadi bahan ejekan setelah masuk di media sosial dan membuat anak itu jadi korban perundungan.

Selain itu, kita juga perlu berempati dengan memikirkan apa yang terjadi jika kita ada di posisi orang lain.

Bila memang tidak nyaman, maka tak perlu dibagikan di media sosial, meskipun itu adalah fakta. "Terakhir baru open will. Dari data yang saya ketahui dan rasakan, maka saya harus berbuat sesuatu. That's were critical thinking in the right place," kata Farhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com