Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2017, 12:39 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Termasuk dalam aktivitas seksual yang menjadi favorit, seks oral memang mampu membangun keintiman dan membantu tercapainya orgasme. Menurut survei, 85 persen pasangan orang dewasa pernah melakukan seks oral dengan pasangannya setiaknya satu kali.

Tapi, bukan berarti oral seks itu bebas resiko. Sebenarnya, ini adalah cara paling umum terjadinya penyebarkan penyakit menular seksual, seperti klamidia, gonore, herpes, dan human papillomavirus (HPV) menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Tergantung pada jenis virus yang Anda hadapi, HPV dapat meningkatkan resiko kanker —khususnya pada bagian orofaring Anda, atau bagian tengah tenggorokan Anda.

Ted Teknos, dokter bedah kepala dan leher mengatakan bahwa kasus kanker tenggorokan terkait HPV telah meningkat 300 persen dari tahun 1980an sampai tahun 2000-an. “Kita hanya melihat efeknya sekarang, tapi akan jauh lebih umum di tahun-tahun dan dekade mendatang,” kata dia.

Inilah yang perlu Anda ketahui tentang bagaimana seks oral dapat meningkatkan resiko kanker tenggorokan dan apa yang dapat dilakukan untuk melindungi diri.

1. Apa itu kanker tenggorokan?

Kanker tenggorokan, yang secara medis dikenal sebagai kanker oropharyngeal, dua kali lebih sering pada pria daripada wanita, menurut American Cancer Society. Ini secara khusus mempengaruhi amandel dan dasarnya , atau bagian belakang lidah Anda.

Kanker tenggorokan berbeda dengan kanker mulut, yang terjadi di bibir, gusi, lidah, lapisan pipi, bagian atas atau dasar mulut. Kanker tenggorokan dan kanker mulut memiliki penyebab umum yang sama—merokok—tapi HPV bukan salah satunya. Jenis HPV tertentu terkait dengan kanker tenggorokan, bukan kanker mulut, kata Teknos.

2. Bagaimana seks oral terkait dengan kanker tenggorokan?

Sekitar 70 persen kanker oropharyngeal disebabkan oleh HPV, kata National Cancer Institute. Jadi apa yang terjadi? HPV adalah virus penyebab penyakit menular seksual (PMS) yang sangat mengejutkan. Antara tahun 2013 dan 2014, sekitar 45 persen pria berusia 18 sampai 59 memiliki beberapa jenis HPV.

Ini sangat umum bahwa jika Anda aktif secara seksual. Tapi yang pasti infeksi HPV tidak semuanya akan menjadi kanker.  Itu karena dalam sebagian besar kasus, sistem imun tubuh akan melawannya, membersihkannya dalam waktu 1 sampai 2 tahun.

Ada lebih dari 40 jenis HPV yang bisa menginfeksi Anda dan beberapa jenis lebih serius dari yang lain. Sekitar 25 persen pria yang positif terinfeksi genital HPV membawa setidaknya satu jenis HPV. Jenis yang paling sering dikaitkan dengan kanker tenggorokan disebut HPV 16.

Meski pada 7 persen orang yang diteliti memiliki HPV oral, tetapi hanya 1 persen saja yang memiliki HPV pemicu kanker. Pada yang satu persen itu, protein yang dikode oleh virus akan menyerang sel tubuh dan membuat pertumbuhannya tak terkendali. Kondisi ini mengacaukan mekanisme apoptosis (bunuh diri sel) yang sebenarnya bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker. Akibatnya, sel kanker mulai meningkat dengan cepat.

3. Mengapa ada peningkatan kanker tenggorokan terkait HPV

Baru saat ini dokter dan peneliti membuat kaitan antara HPV dan kanker tenggorokan. Puluhan tahun yang lalu, sebagian besar kanker tenggorokan disebabkan oleh merokok—dan kankernya sangat sulit untuk diobati.

Tapi sejak awal tahun 80an sampai 90an, rumah sakit mulai melihat pasien yang tidak pernah merokok menderita kanker dalam amandel mereka, dan kanker mereka jauh lebih mudah disembuhkan daripada kanker perokok.

"Saat itulah orang tahu ada sesuatu yang berbeda dan disimpulkan HPV sebagai pelakunya," kata Teknos. Jika tenggorokan Anda terinfeksi HPV, dan Anda melakukan ke pasangan dan sebaliknya. Setelah berada di tenggorokan Anda, virus ini bisa tidur selama beberapa dekade.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com