Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Stres Bisa Menyebabkan Kepala Botak?

Kompas.com, 5 September 2017, 21:10 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Curae canitiem inducunt – Kekhawatiran mendatangkan uban. Begitu pepatah Latin mengatakan. Namun ternyata lebih dari itu, kekhawatiran tidak sekedar membuat rambut kita beruban, tapi juga membuatnya rontok.

Kerontokan rambut merupakan suatu hal yang bisa mengganggu penampilan. Apalagi jika membuat Anda sampai mengalami kebotakan. Nah, banyak yang menduga bahwa stres dapat menghambat pertumbuhan rambut sehingga Anda bisa mengalami kebotakan.

Stres, terutama yang disebabkan psikososial, dilaporkan memiliki peranan penting pada terjadinya kebotakan. Menurut studi, jumlah pasien dengan kebotakan yang dipicu oleh stres tercatat sejumlah 6,7 sampai 96 persen.

Nah, stres psikososial sendiri terjadi ketika Anda merasakan adanya ancaman dari lingkungan sosial. Misalnya ketika Anda merasa sangat tertekan dengan kesuksesan rekan-rekan kerja Anda di kantor sehingga Anda jadi minder dan terpuruk. Atau saat Anda merasa ditinggalkan oleh sahabat-sahabat yang sering pergi bersama tanpa mengajak Anda.

Stres jenis ini biasanya sangat berdampak pada kesehatan. Pasalnya, stres psikososial membuat penderitanya merasa terasing, kesepian, dan tidak ada dukungan. Salah satu dampaknya pada kesehatan yaitu menyebabkan rambut botak karena rontok.

Baca juga: Potongan yang Pas untuk Rambut Nyaris Botak

Bagaimana stres bisa menyebabkan kebotakan? Ada tiga jenis kebotakan yang bisa disebabkan oleh stres berlebihan.

Yang pertama adalah Alopecia areata (kebotakan) merupakan suatu proses peradangan atau penyakit autoimun yang timbul dengan rontoknya rambut. Banyak faktor yang memengaruhi kebotakan diantaranya adalah penyakit autoimun, genetik, emosional, dan lingkungan.

Alopecia areata menyerang kulit kepala, tetapi area tubuh yang dipenuhi rambut juga bisa terkena masalah ini. Rontoknya rambut yang terjadi biasanya berpola melingkar dan bersifat progresif, dapat pula menyebabkan kebotakan pada seluruh area kepala (alopecia totalis).

Meskipun penyebabnya masih tidak jelas, beberapa studi mengatakan adanya hubungan antara stres dengan kebotakan ini.

Salah satu penyebab kedua kerontokan akibat stres adalah melalui telogen effluvium. Normalnya, Anda akan kehilangan sekitar seratus helai rambut dalam sehari. Akan tetapi stres dapat menyebabkan kerontokan rambut lebih banyak dari yang seharusnya.  Nah, rambut rontok yang tidak wajar disebut juga dengan istilah telogen effluvium.

Ilustrasi rambut rontokSIphotography Ilustrasi rambut rontok
Rambut Anda normalnya tumbuh dalam suatu siklus. Pada fase aktif, rambut tumbuh dalam beberapa tahun. Setelah fase aktif, rambut Anda masuk ke dalam fase istirahat. Fase istirahat ini berlangsung kurang lebih tiga bulan setelah rambut Anda rontok. Rata-rata, kerontokan normal sekitar 100 helai rambut per hari. Rambut kemudian akan digantikan dalam enam bulan oleh rambut baru.

Ketika Anda stres atau merasakan gejolak emosi negatif, rambut akan menjadi semakin mudah rontok. Saat stres, sebagian besar rambut Anda akan masuk ke dalam fase istirahat sebelum saatnya. Dan tiga bulan kemudian, rambut tersebut akan rontok.

Penyebab ketiga adalah trikotilomania, yakni kebiasaan menarik rambut tanpa disadari karena stres atau cemas. Hal ini bisa merusak rambut dan menyebabkan rambut botak karena terlalu sering ditarik.

Lalu bagaimana cara mencegah rambut botak saat dilanda stres?

Perubahan gaya hidup yang sederhana saja dapat membantu mengurangi kebotakan. Misalnya dengan tidur yang cukup (kurang lebih 7 jam), banyak minum air, dan mengonsumsi makanan kaya protein.

Nutrisi merupakan suatu hal yang penting untuk pertumbuhan rambut. Hubungan antara makanan dan rambut sangatlah erat. Rambut terbuat dari protein yang disebut keratin. Jadi, sebaiknya Anda meningkatkan asupan protein.

Kurangnya konsumsi protein memaksa tubuh Anda untuk menyimpan protein yang ada untuk tujuan lain, seperti membentuk sel. Dipercaya bahwa bayam, kacang-kacangan, tahu, dan susu adalah makanan yang baik untuk kesehatan rambut. Teh hijau juga baik untuk menghambat Dihydrotestosterone (DHT), hormon yang menyebabkan kerontokan rambut.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau