Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Nonton Film Sadis Tumbuhkan Sifat Psikopatik Pada Anak

Kompas.com - 06/09/2017, 18:11 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Tak dapat dipungkiri lagi kalau nonton film dan sinetron menjadi aktivitas favorit banyak orang untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas.

Laporan dari KPI bahkan menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia menempati urutan teratas dalam urusan menonton siaran televisi terlama di antara negara-negara ASEAN.

Anak-anak Indonesia rata-rata menonton TV hingga 5 jam bahkan lebih setiap hari, sementara anak-anak negara ASEAN lain hanya menghabiskan waktu di depan TV, 2 sampai 3 jam per hari.

Yang lebih disayangkan, kebanyakan tontonan yang mereka lahap sarat akan unsur kekerasan dan hal-hal yang berbau sadis, yang sama sekali tidak mendidik. Lantas, apa pengaruhnya nonton film sadis dan penuh kekerasan bagi tumbuh kembang anak?

Anak belajar dengan cara meniru dari apa yang mereka lihat dari interaksi sosial. Pasalnya sejak lahir, jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktif sudah mulai berkembang.

Itulah mengapa anak bisa mengenali dan meniru ekspresi wajah atau isyarat yang ada di lingkungan sekitarnya. Sifat meniru tersebut bahkan terus berlanjut hingga anak sedikit dewasa, sehingga jangan heran jika anak Anda bisa meniru gerakan, perkataan, emosi, bahasa, atau perilaku Anda.

Baca juga: Anak Belajar Kebencian dari Orang Dewasa di Sekitarnya

Hal inilah yang pada akhirnya membuat orangtua khawatir jika anak mereka meniru adegan-adegan yang ada di dalam televisi.

Akibatnya sudah terbukti, pada akhir April 2015 lalu seorang anak kelas 1 SD di Pekanbaru meninggal dunia akibat dikeroyok oleh teman-temannya. Menurut keterangan orang tuanya, korban dan teman-temannya sedang bermain sambil menirukan adegan perkelahian dalam sinetron yang sempat ditayangkan di televisi. Ini baru satu contoh dari sekian banyak kasus yang pernah terjadi.

Kriminalitas

Beberapa studi yang dilansir dalam Urban Child’s Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton televisi tak hanya berdampak negatif pada prestasi dan kesehatan anak secara keseluruhan, namun juga perkembangan perilakunya di masa depan.

Studi Guntarto tahun 2000 menunjukkan bahwa anak yang telalu banyak nonton film dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar.

Studi lain yang dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan. Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada anak.

“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di televisi cenderung menunjukkan perilaku sadis di masa depan, sementara orang-orang yang terlalu sering menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric.

Para peneliti menemukan bahwa anak yang lebih sering menonton TV akan lebih mungkin melakukan tindakan kriminal saat dewasa. Setiap jam yang dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari, meningkatkan risiko mereka melakukan perbuatan kriminal sebesar 30 persen.

Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin, New Zealand. Saat berusia lima tahun, anak-anak mulai diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV mereka setiap 2 tahun sekali.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com