Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2017, 11:44 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Sumber The Sun

KOMPAS.com -  Mungkin kita pernah mendengar saran agar tidak menyalahkan diri sendiri saat mengalami kegagalan, tapi mungkin seharusnya memang seperti itu. Jangan takut mengakui diri kita salah.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang menerima kegagalan dan perasaan negatif yang menyertainya kemungkinan besar akan berhasil di masa mendatang.

Hal itu terjadi lantaran mereka tidak mempertahankan ego mereka dengan berpikir bahwa mereka sudah melakukan yang terbaik. Sebaliknya, mereka belajar dari kesalahan mereka.

Tapi, mereka yang tidak membiarkan diri mereka merasakan emosi atau perasaan negatif setelah kegagalan,  cenderung jatuh ke dalam jebakan berpikir bahwa hal itu tidak dapat membantu, yang kemudian membuat mereka gagal lagi.

Salah satu penulis studi ini, Dr Selin Malkoc, seorang profesor The Ohio University, mengatakan: "Ketika dihadapkan pada kegagalan, lebih baik fokus pada satu emosi--ketika seseorang berkonsentrasi pada seberapa buruk perasaan mereka dan bagaimana mereka tidak ingin mengalami perasaan ini lagi, kemungkinan besar mereka akan berusaha lebih keras lain kali," katanya.

Kesimpulan tersebut dihasilkan peneliti dalam sebuah studi yang melibatkan 98 mahasiswa. Para responden itu untuk mencari tahu secara online produk blender dengan karakteristik spesifik dan menawari mereka hadiah uang tunai untuk siapa saja yang menemukan harga terendah.

Sebelum mencari tahu siapa yang memenangkan kompetisi itu sebagian peserta diberi tahu untuk memikirkan respons emosional mereka terhadap kemenangan atau kekalahan, dan sebagian lainnya diminta untuk fokus pada bagaimana mencapai kemenangan.

Tapi pencarian harga diubah dan semua peserta diberi tahu bahwa harga terendah 2,50 Euro lebih murah daripada yang mereka temukan.

Kelompok tersebut kemudian diminta untuk berfokus pada bagaimana mereka berusaha, daripada berfokus pada menang atau kalah, serta menunjukkan sifat-sifat yang melindungi dirinya sendiri dan menuliskan komentar seperti "ini bukan salah saya".

Untuk menguji teori bahwa mereka yang memiliki respons emosional terhadap kegagalan cenderung berhasil di masa depan, kelompok peserta diberi tugas lain. Kali ini mereka diminta mencari buku untuk teman mereka dengan harga yang terjangkau uang saku mahasiswa.

Peserta kemudian merasa termotivasi secara emosional dan menghabiskan 25 persen lebih banyak waktunya untuk mencari buku yang sesuai dengan uang saku mereka dibandingkan dengan peserta yang tidak memikirkan kegagalan mereka.

Malkoc menambahkan: "Ketika para peserta memusatkan perhatian pada betapa buruknya perasaan mereka tentang kegagalan pertamanya, mereka berusaha lebih keras daripada yang lain ketika mereka memiliki kesempatan lain yang serupa. Tapi situasinya harus cukup serupa untuk memicu rasa sakit akibat kegagalan pertama."

Respons emosional terhadap kegagalan bisa menyakitkan. Situasi tersebut membuat Anda merasa tidak enak.

"Itulah mengapa orang sering memilih untuk memikirkan pemikiran mempertahankan diri setelah mereka melakukan kesalahan. Jika Anda berfokus pada seberapa buruk perasaan Anda, Anda akan bekerja lebih keras untuk menemukan solusi dan memastikan tidak melakukan kesalahan yang sama lagi,"  katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Sun
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com