Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2017, 16:16 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Anak remaja sangat rentan menjadi pelaku penyebaran hoax atau berita bohong di jagat maya.

Beberapa pelaku penyebaran hoax yang berhasil ditangkap polisi ternyata masih berstatus pelajar. Hal ini sangat memprihatinkan.

Menurut Head of Social Media Management Center dari Kantor Staf Presiden RI, Alois Wisnuhardana, remaja mudah percaya pada hoax karena anak muda memang cenderung emosional. Setiap informasi yang masuk, apalagi yang sensasional, akan langsung disebarkan.

"Selain itu banyak remaja yang malas membaca. Minat baca orang Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara," kata Wisnu dalam acara peluncuran kampanye "Enaknya Nggak Hoax" yang digelar oleh So Tango di SMK Negeri 19 Jakarta (20/9/2017).

Data Kementrian Kominfo RI, di akhir tahun 2016 ada 800 ribu situs yang terindikasi menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Hoaks banyak disebar terutama melalui media sosial.

Berdasarkan hasil survei We Are Social di tahun 2017, 18 persen pengguna media sosial berusia 13 sampai 17 tahun, yang merupakan usia pelajar.

Berita hoax atau bohong di jagat maya seringkali berdampak langsung pada kehidupan nyata. Misalnya saja aksi kekerasan antar kelompok atau pun hancurnya reputasi seseorang atau perusahaan.

"Remaja seharusnya lebih bijaksana saat posting karena medsos-mu hari ini adalah portofolio di masa depan. Kalau sudah terlanjur menyebar, tidak bisa dihapus lagi," ujarnya.

Wisnu mengimbau agar remaja selalu memverifikasi berita yang didapat dari internet. "Cek kebenarannya dengan membaca sumber beritanya, bandingkan dengan 3 situs berita online lain apakah memuat yang sama," katanya di hadapan para pelajar SMKN 19.

Selain itu, jika sudah dipastikan kebenarannya, gunakan nalar apakah konten yang akan disebar itu berguna bagi orang lain atau tidak.

"Kalau ternyata konten itu hoax laporkan saja. Ada banyak saluran untuk menyebarkan berita-berita palsu," paparnya.

Kampanye "Enaknya Nggak Hoax" merupakan edukasi kepada generasi muda Indonesia, khususnya pelajar, yang digelar oleh So Tango, produk makanan ringan dari OT Group.

"So Tango merasa perlu mendukung pemerintah mengatasi persoalan hoax dengan membantu memberi pemahaman pada pelajar tentang penggunaan media sosial yang positif dan bertanggung jawab," kata Head of Corporate and Marketing Communication OT Group, Harianus I Zebua.

Ia menambahkan, kampanye ini akan dilakukan di ratusan sekolah di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, Palembang, dan Medan, dengan target minimal 100.000 pelajar.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com