Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2017, 08:55 WIB

Dia menilai, tumbuhnya kedai kopi di Kota Bandar Lampung juga menjadi indikator positif bagi usaha kopi robusta. Selain menyerap tenaga kerja lokal, nilai tambah usaha kopi juga langsung dinikmati petani dan pengusaha lokal. Saat ini, sekitar 147.000 keluarga di Lampung bergantung pada kopi.

Sesuai data Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung, luas lahan kopi di Lampung yang terpusat di Kabupaten Tanggamus, Way Kanan, dan Lampung Barat 160.876 hektar pada 2015. Luas itu bertambah dibandingkan dengan tahun 2014 yang 154.168 hektar. Produksi pun sekitar 100.000 ton per tahun.

Ukuran ini lebih besar ketimbang luas lahan padi di sentra padi nasional di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang mencapai 116.000 hektar.

Tahun lalu, Lampung mampu mengekspor 246.599,7 ton kopi robusta ke Jerman, Jepang, Italia, dan Malaysia. Kopi itu juga merupakan gabungan dari daerah lain, seperti Sumsel. Nilai ekspornya pun tidak main-main, sampai 442.798.520,2 dollar AS.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung Dessy Desmaniar Romas menjelaskan, pihaknya tak main-main dengan pengembangan industri kopi lampung. Saat ini, petani terus didorong untuk menghasilkan kopi berkualitas dengan memetik kopi merah, bukan hijau. Dengan begitu, akan dihasilkan kualitas lebih baik yang disebut fine robusta.

Ia juga selalu ingin mempertemukan petani, pengusaha, dan pembeli melalui ajang Hari Kopi Internasional. Lampung punya potensi besar di industri kopi dunia. Maka, kali ini digelar peringatan Hari Kopi Internasional sebagai momentum untuk mengumpulkan sekaligus mempertemukan semua pihak yang terlibat dalam usaha kopi.

Apalagi, Indonesia masih kalah dari Vietnam dan Brasil sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Jadi, dari secangkir kopi semuanya bermula.

_______________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 September 2017, di halaman 1 dengan judul "Dari Secangkir Kopi, Semua Bermula".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com