Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 04/10/2017, 20:56 WIB
Penulis Wisnubrata
|
EditorWisnubrata

KOMPAS.com - Pernahkah Anda meneteskan air mata saat bahagia? Misalnya saat kelahiran anak atau saat mengucapkan janji perkawinan? Ternyata menangis saat hati senang itu normal. Seseorang bisa saja mempunyai ekspresi yang kesannya negatif padahal perasaannya positif.

Dahulu beberapa peneliti menduga, air mata bahagia muncul karena rasa sedih, putus asa, atau kehilangan yang terlepas. Namun menurut psikolog yang mempelajari emosi dan ekspresi wajah, Oriana R. Aragon, orang bisa saja menangis saat perasaan mereka bahagia, tanpa harus melibatkan rasa sedih.

Selain itu beberapa penelitian juga mendapati bahwa kita tidak perlu menjadi orangtua baru untuk menangis saat bahagia. Kita hanya perlu memiliki perasaan, dan air mata tentunya.

Tapi mengapa bahagia juga memunculkan air mata? Jawaban mudahnya, menurut Aragon, adalah karena menangis bisa menguatkan saat-saat bahagia. Ketika seseorang meneteskan air mata, ada senyawa leucine enkephalin yang terlepas. Senyawa ini berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit.

Ketika seseorang menangis karena sedih, senyawa ini akan sedikit mengobati rasa itu. Namun saat orang menangis senang, leucine enkephalin membuat mereka merasa lebih bahagia.

Penjelasan yang lebih kompleks soal air mata bahagia memasukkan teori bahwa otak kita tidak selalu mengetahui perbedaan antara emosi negatif atau positif. Bagian otak yang bernama hypothalamus merespon emosi melalui sinyal saraf tanpa selalu menyadari apakah sinyal yang dikirim sedih atau senang.

Menurut Jordan Gaines Lewis, profesor psikiatri dari Penn State, saat sinyal sedih dan bahagia muncul, sistem saraf parasympathetic akan aktif, dan melepaskan acetylcholine. Acetylcholine ini memerintahkan kelenjar air mata untuk berproduksi, dan menangislah kita.

Dalam penelitian yang dimuat di journal Evolutionary Psychology tahun 2009, periset Oren Hasson mengajukan teori yang menyebut bahwa menangis adalah petunjuk sosial yang seolah berarti: “Jangan sakiti aku, atau aku membutuhkan seseorang, atau aku tidak akan melukaimu.” Karenanya masuk akal bila seseorang menangis dalam situasi sedih maupun gembira.

Anak-anak juga mungkin mengeluarkan air mata bahagia seperti orang dewasa, kata Aragon. Dan pria juga bisa menangis bahagia seperti wanita. Menariknya, kebanyakan orang akan berusaha menenangkan dan bukannya merayakan seseorang yang menangis gembira. Dan mungkin memang itulah yang benar. Karena saat bahagia pun kita ingin berbagi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber Fatherly
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke