Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2017, 07:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Sumber menshealth

KOMPAS.com - Orangtua, terutama ibu, selalu mengingatkan pentingnya sarapan sebelum mengawali aktivitas. Ternyata, ucapannya selama ini memang harus diikuti, salah satu alasannya adalah demi kesehatan jantung.

Orang yang tidak sarapan cenderung memiliki penumpukan plak di dalam arteri atau pembulu darah jantung—yang membahayakan bagi jantung. Demikian menurut temuan sebuah studi di Journal of the American College of Cardiology.

Setelah bertanya pada lebih dari 4.000 orang dewasa yang terbebas dari penyakit jantung mengenai kebiasaan sarapan mereka, para peneliti membagi  para responden dalam tiga kelompok: orang yang melewatkan sarapan, orang yang sarapan dengan jumlah sedikit—di mana mengonsumsi 5-20 persen dari total kalori selama sarapan—dan orang dengan sarapan berat—atau mereka yang mengonsumsi 20 persen lebih dari total kalori harian selama sarapan.

Kemudian, peneliti melakukan tes ultrasound pada peserta untuk mengukur arteri mereka untuk melihat tanda-tanda awal aterosklerosis, atau penumpukan plak.

Hasilnya, orang yang melewatkan sarapan dua kali lebih beresiko menunjukkan tanda-tanda penumpukan plak setidaknya pada empat dari enam lokasi yang diukur—yakni sisi kiri dan kanan leher, abdominal dan panggul.

Orang yang sarapan dengan jumlah sedikit juga memiliki resiko—tapi tidak sebesar orang yang tidak sarapan sama sekali.

Misalnya, orang yang sarapan dengan jumlah sedikit memiliki resiko 21 persen mengalami penumpukan plak di ateri leher daripada yang sarapan dengan jumlah besar. Orang yang melewatkan sarapan, di sisi lain, jauh lebih beresiko yakni 76 persen.

Situasi tersebut merupakan masalah. Sebab, arteri leher mengalirkan darah ke otak, sehingga bila plak menyumbat, maka akan bisa menghambat—dan berpotensi menyebabkan stroke.

Lantas, mengapa orang yang tidak sarapan paling beresiko mengalami kondisi tersebut? Para peneliti yakin bahwa ini memiliki hubungan dengan pola makan mereka.

Hampir sebagian dari orang yang tidak sarapan memiliki pola “social-business eating pattern”—di mana mereka disibukkan dengan pekerjaa sehingga mengganggu frekuensi aktivitas makan. Orang yang tidak sarapan juga lebih banyak makan daging olahan, lebih banyak makanan pembuka, minuman manis dan alkohol

Pola makan tersebut tentu akan membuat berat badan naik, yang merupakan tanda tidak bagus untuk ateri. Semakin banyak lemak, maka semakin besar tubuh memproduksi senyawa peradangan—yang memicu tumpukan plak.

Memang belum bisa dipastikan apakah kebiasaan tidak sarapan menyebabkan perubahan ini. Tapi, kemungkinannya adalah ketika kita tidak sarapan maka akan membuat pilihan makanan yang tidak sehat pada saat makan siang atau mencari camilan. Bisa juga orang yang berusaha menurunkan berat untuk memperbaiki faktor kesehatan mungkin tergiur untuk melewatkan sarapan.

Intinya, jika merasa kelaparan saat makan siang—atau ada keinginan kuat makan donat dan camilan manis lain sebelum pukul 10.00 pagi—mungkin karena butuh sarapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com