Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2017, 22:46 WIB
Wisnubrata

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Batik adalah ciri khas Indonesia. Karenanya batik juga bisa menyatukan Indonesia. Masih dalam rangka Hari Batik Nasional, seniman jalanan Darbotz dan ilustrator Ykha Amelz membuat desain bermotif batik untuk diterapkan pada kemasan edisi terbatas Guinness One Indonesia Edition.

Motif batik yang mengangkat elemen-elemen kontras itu dipadukan untuk menggambarkan bahwa perbedaan dapat disatukan menjadi indah dan menciptakan sesuatu yang lebih bermakna.

"Dalam masyarakat yang semakin terkotak-kotak, batik hadir sebagai salah satu simbol semangat kebersamaan Indonesia. Tahun ini, kami merayakan batik sebagai 'seragam' persatuan Indonesia dan mempertemukan dua desainer Indonesia untuk mendesain kemasan Guinness edisi terbatas," ujar Assistant Chief Representative Officer for Diageo in Indonesia, Adrienne Gammie.

Motif-motif yang diterapkan untuk kemasan Guinness edisi terbatasguinness Motif-motif yang diterapkan untuk kemasan Guinness edisi terbatas
Adapun motif yang diterapkan dalam kaleng dan botol Guinness terinspirasi oleh prinsip-prinsip 'Pancha Mahabhuta' yang menggabungkan unsur-unsur yang bertolak belakang seperti Api (Teja) dengan Air (Apah), dan Bumi (Perthiwi) dengan Udara (Bayu), untuk menciptakan pola yang harmonis dan menyatu.

Desainnya merupakan perwujudan dari semangat masyarakat Indonesia pada umumnya (Sukhsma Sarira) yang tercermin dalam kerja tim (gotong royong), pengambilan keputusan bersama (musyawarah untuk mufakat) dan pedoman nasional BhinnekaTunggal Ika.

"Desain yang diciptakan, pada akhirnya menampilkan keharmonisan elemen-elemen batik yang bertentangan, sama seperti karakter kedua desainer yang berbeda, namun mencerminkan persatuan semangat kebersamaan,"jelas Adrienne, Rabu (4/10/2017).

Darbotz, yang biasanya melukisi tembok, dalam desainnya menggambarkan motif kemitir api yang menyala-nyala dan bersatu dengan motif parang yang melambangkan air. Di antaranya, ia menyisipkan desain ikan dengan gayanya yang khas, kain poleng, serta cumi yang merupakan ciri karyanya.

Darbotz dengan kemasan Guinness yang dihiasi desainnyaKompas.com/Wisnubrata Darbotz dengan kemasan Guinness yang dihiasi desainnya
"Ini adalah pertama kalinya saya bekerja menggunakan motif batik dan bersandar pada ideologi batik sebagai inspirasi. Saya sangat menikmati prosesnya karena dapat mewujudkan visi saya dan melakukan interpretasi modern terhadap elemen-elemen dasar kehidupan,” ujar seniman yang selalu menutupi wajahnya bila difoto ini.

Sementara Ykha Amelz, dalam desainnya memasukkan motif mega mendung dan paksi (burung) sebagai lambang udara, serta motif padi-padian sebagai lambang Bumi. Sebagai pemersatu ia juga memasukkan motif poleng.

Ykha dengan kemasan Guinness motif batik rancangannyaKompas.com/Wisnubrata Ykha dengan kemasan Guinness motif batik rancangannya
"Melalui proses ini, saya belajar tentang bagaimana menerapkan ideologi Batik serta makna dari elemen-elemen yang saya wakili. Ini adalah sesuatu yang selalu ingin saya bawa dalam karya saya, yakni menampilkan warisan dan nilai khas Indonesia di dalamnya," ujarnya.

Karya keduanya akan muncul dalam produk Guinness Foreign Extra Stout pint, kuart dan kaleng ataupun Guinness Zero Original mulai Oktober hingga Desember 2017. Motif batik dalam edisi terbatas ini menunjukkan semangat persatuan Indonesia yang murni, yang sebenarnya ada di dalam diri kita semua; sebuah bukti bahwa Indonesia adalah satu.

Baca juga: Batik Apakah yang Anda Kenakan Hari Ini?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com