Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/10/2017, 11:23 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

"Pertanyaan meliputi apakah ibu menerima transfusi dalam 12 bulan terakhir, apakah minum alkohol, sedang minum obat hormonal, dan apakah vegetarian yang akan berdampak pada kualitas ASI," ujar dokter anak dari RS. Carolus Jakarta ini.

Jika hasil penapisan ibu terbukti sehat, ia pun belum layak menjadi donor. ASI dari donor harus dipompa dan disimpan dengan cara yang benar bahkan di-pasturisasi. Pedoman WHO menyatakan sebelum diberikan, ASI harus dikultur dulu (ditanam di media untuk memantau pertumbuhan kuman).

Hasil penelitian tahun 2010 pada 1091 donasi ASI ditemukan sekitar 3,3 persen hasil skrining serologi menemukan kandungan virus sifilis, hepatitis B, hepatitis C,HTLV dan HIV. Dan penelitian penelitian lain, hasil penapisan pada 810 ASI yang belum dipasteurisasi, ditemukan pertumbuhan berbagai bakteri.

“Jadi tidak semudah itu memberikan ASI dari donor. Belum lagi bicara penyimpanan dan idealnya  pengiriman harus diperlakukan seperti darah. Yaitu disimpan dalam kotak pendingin khusus dan petugas pengelolaaannya menggunakan alat pelindung diri,” tambah Yohmi.

Saat ini hanya RSCM yang memiliki unit penyimpanan ASI cukup baik. Berbeda di luar negeri di mana Bank ASI sudah sangat terstruktur. Namun, ASI di tempat ini hanya dikhususkan untuk pasien yang dirawat di RSCM saja.

Bank ASI tidak hanya memastikan keamanan ASI tetapi menjamin kandungan zat gizi dalam ASI tetap terjaga.

Menurut Yohmi, ASI terbaik adalah ASI dari ibu ke anaknya sendiri karena tubuh ibu memproduksi ASI dengan komposisi menyesuaikan kondisi bayinya.

"ASI dari ibu yang bayinya lahir prematur hanya cocok untuk bayi yang lahir prematur, jadi ASI yang diproduksi memang menyesuaikan kondisi bayi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com