Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 24/10/2017, 15:07 WIB
|
EditorWisnubrata

KOMPAS.com - Jauh sebelum kecanggihan teknis menjadikan arloji sebagai pengukur ketepatan waktu yang akurat, jam tangan hadir utamanya sebagai karya seni yang mencerminkan simbol kekayaan pemiliknya.

Sentuhan-sentuhan mewah seperti penambahan perhiasan, ukiran, serta pelapisan dengan logam mulia dikenal sebagai metiers d'art atau kerajinan tangan. Dan seni yang luar biasa ini hadir kembali saat arloji dijadikan kanvas mini para seniman yang mengembangkan teknik kreatif mutakhir sekaligus memadukannya dengan seni klasik.

Salah satu karya yang menggabungkan budaya dan keindahan seni berabad-abad lalu adalah  Chopard’s L.U.C XP Esprit de Fleurier Peony. Arloji ini dihiasi ukiran dalam teknik Fleurisanne alias bunga-bungaan, dalam jiwa yang modern.

Dinamakan Fleurier sesuai nama desa di Swiss dimana Chopard membuatnya, arloji ini menggunakan corak ukiran yang halus dengan motif bunga. Untuk menciptakan jam tangan bertema bunga peony ini, seniman Chopard menghabiskan lebih dari satu bulan untuk mengukir emas berlapis berlian pada motif bunganya.

Karena keistimewaan pengerjaannya, saat ini hanya tersedia delapan buah jam tangan semacam itu di butik Chopard.

Harry Winston Premier Delicate Silk Automatic 36-millimeter Harry Winston Harry Winston Premier Delicate Silk Automatic 36-millimeter
Arloji lain yang layak dikategorikan sebagai karya seni adalah The Premier delicate Silk Automatic-36 milimeter dari Harry Winston. Jam ini dihiasi sutra langka yang diproduksi dengan cara tidak biasa, dimana ulat sutra "menenun" kain mereka sendiri.

Setelah diberi warna, produk itu dihiasi sulaman berpola bunga dan bintang menggunakan  emas 18 dan 22 karat.

Teknik sulamannya menciptakan kesan berlapis-lapis yang unik. Masing-masing seri dari produk ini, baik yang menggunakan emas putih maupun emas rose hanya diproduksi sebanyak 30 buah dan dijual dengan harga sekitar Rp 500 juta.

Produsen lain, Piaget, juga menggunakan bahan alami berupa bulu unggas untuk seri Altiplano Feather Marquetry yang dibandrol dengan harga sekitar enam ratus juta rupiah.

Piaget Altiplano Feather MarquetryPiaget Piaget Altiplano Feather Marquetry
Seniman bulu dari Perancis, Emilie Moutard-Martin, menghiasi jam ini menggunakan bulu merak, bebek, dan ayam jago yang dipotong hati-hati dengan tangan dan sebagian dilapisi lembaran perak.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Sumber nypost.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke