KOMPAS.com - Jauh sebelum kecanggihan teknis menjadikan arloji sebagai pengukur ketepatan waktu yang akurat, jam tangan hadir utamanya sebagai karya seni yang mencerminkan simbol kekayaan pemiliknya.
Sentuhan-sentuhan mewah seperti penambahan perhiasan, ukiran, serta pelapisan dengan logam mulia dikenal sebagai metiers d'art atau kerajinan tangan. Dan seni yang luar biasa ini hadir kembali saat arloji dijadikan kanvas mini para seniman yang mengembangkan teknik kreatif mutakhir sekaligus memadukannya dengan seni klasik.
Salah satu karya yang menggabungkan budaya dan keindahan seni berabad-abad lalu adalah Chopard’s L.U.C XP Esprit de Fleurier Peony. Arloji ini dihiasi ukiran dalam teknik Fleurisanne alias bunga-bungaan, dalam jiwa yang modern.
Dinamakan Fleurier sesuai nama desa di Swiss dimana Chopard membuatnya, arloji ini menggunakan corak ukiran yang halus dengan motif bunga. Untuk menciptakan jam tangan bertema bunga peony ini, seniman Chopard menghabiskan lebih dari satu bulan untuk mengukir emas berlapis berlian pada motif bunganya.
Karena keistimewaan pengerjaannya, saat ini hanya tersedia delapan buah jam tangan semacam itu di butik Chopard.
Setelah diberi warna, produk itu dihiasi sulaman berpola bunga dan bintang menggunakan emas 18 dan 22 karat.
Teknik sulamannya menciptakan kesan berlapis-lapis yang unik. Masing-masing seri dari produk ini, baik yang menggunakan emas putih maupun emas rose hanya diproduksi sebanyak 30 buah dan dijual dengan harga sekitar Rp 500 juta.
Produsen lain, Piaget, juga menggunakan bahan alami berupa bulu unggas untuk seri Altiplano Feather Marquetry yang dibandrol dengan harga sekitar enam ratus juta rupiah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.