Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2017, 13:54 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

KOMPAS.com - Berlari sambil menghirup udara pagi yang belum tercemar polusi adalah suatu hal yang menyenangkan. Selain bisa menyehatkan badan, lari juga dipercaya bisa mengurangi stres.

Dengan manfaat tersebut, tak sedikit orang yang mulai menekuni lari bahkan mengikuti event-event lari dengan harapan bisa menyehatkan tubuh dan melepaskan kepenatan aktivitas sehari-hari. Salah satunya adalah Jakarta Marathon.

Namun menyelenggarakan event lari di ibukota yang terkenal kemacetannya sungguh bukan hal mudah. Dan beberapa hal yang ditakutkan pun terjadi pada Jakarta Marathon 2017.

Berdasarkan pengakuan Yasha Chatab Co-founder IndoRunners, event lari yang diikutinya tersebutmasih memiliki beberapa kekurangan. Berikut ini sepenggal keluhan Yasha terkait Jakarta Marathon 2017.

Saya ikut kategori Half Marathon dan jam P*lar saya ngga salah waktu. Saya sungguh kaget bahwa jam 5:03 pelari HM sudah flag off, padahal saya masih warming up di area Race Central dekat Pocari Sweat.

Jadinya tergesa-gesa lah menuju START, menembus ratusan pelari 10k yang sudah memadati area. Saking panik nya, saya baru ingat pencet tombol jam beberapa ratus meter setelah start. Yang biasanya Run Happy jadi Run Panic.

Alhasil pace kacau karena sudah ketinggalan, dan balon pacer HM Pocari yang saya ingin ikuti tidak kunjung terlihat. Seperti mengejar fatamorgana saja... Rusak lah pace dan lomba nya untuk saya.. Berantakan rencana.

 

Hal serupa juga dikatakan pegiat lari dari Indorunner lainnya yang mengikuti full marathon 42,195 km. Pegiat lari yang enggan disebutkan namanya tersebut menuturkan, arena atau trek lari marathon yang seharusnya steril dari kendaraan umum dan hanya dilalui para pelari hanyalah isapan jempol belaka.

Pada saat dirinya mencapai kilometer ke 24, dirinya mendapati para pelari yang berlari di samping bus Trans Jakarta dan harus berlomba di antara padatnya kendaraan bermotor.

"Laporan pandangan mata saya di KM 24. Perempatan Mampang x Gatsu x Kuningan. Total No-sterile (yang steril cuma race venue doang) bukan share the road, bener-bener pake jalan bareng gak ada pemisah jalan yang berfungsi, dishub & polisi gak (bisa) banyak bantu," katanya kepada Kompas Lifestyle.

Bahkan, saking tidak sterilnya lintasan lari. Ada pelari yang tertabrak oleh mobil dan harus tergopoh-gopoh untuk mencapai garis finish tanpa adanya bantuan apapun.

"Marathon yang sukses bukan dilihat dari jumlah pesertanya. Tapi dari story yang terbentuk akibat marathon tersebut. Jakmar 2017, story nya adalah jalur yang tidak steril bahkan membahayakan (catatan: ada peserta yang tertabrak mobil). Ini yang harus berubah," ujarnya.

Menurutnya, kondisi tersebut dirasakan setiap event lari tersebut berlangsung. "Mungkin yang terbaik yang pertama jaman Jokowi masih DKI 1. Setelah itu kualitas menurun," tambahnya.

Sementara itu, pihak penyelenggara yang diwakili senior Vice President-Corporate Secretary PT Bank Mandiri (persero) Tbk, Rohan Hafas menyampaikan permohonan maafnya atas ketidaknyamanan yang dialami peserta.

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami peserta Jakarta Marathon 2017 dan menyadari bahwa terdapat banyak hal yang perlu di evaluasi dan diperbaiki agar penyelenggaraan Jakarta Marathon berikutnya dapat jauh lebih baik lagi," ujarnya.

"Untuk itu, dukungan teman-teman komunitas sangat kami butuhkan untuk penyelenggaraan berikutnya sehingga kita dapat sama-sama menciptakan lomba lari marathon yang setara dengan penyelenggaraan marathon dunia lainnya dan menjadikan Jakarta yang lebih baik di masa yang akan datang," kata Rohan Hafas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com