Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Makan Cepat Bikin Gemuk dan Datangkan Masalah Jantung

Kompas.com - 16/11/2017, 10:18 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

KOMPAS.com - Makan di sela-sela kegiatan bekerja kerap kali dilakukan dengan cara yang cepat. Sayangnya, aktivitas itu ternyata amat berbahaya bagi tubuh.

Makan terlalu cepat tak hanya membuat gemuk, juga menyebabkan masalah jantung.

Kesimpulan itu tertuang dalam hasil studi yang dipresentasikan dalam sesi ilmiah terbaru American Heart Association di California, Amerika Serikat.

Studi yang dilakukan para peneliti dari Jepang ini meneliti lebih dari 1.000 orang selama lima tahun.

Kesehatan para peserta diuji sebanyak dua kali: Pada awal penelitian tahun 2008 dan menjelang penelitian berakhir pada tahun 2013.

Baca juga : Benarkah Berenang Bikin Gemuk?

Selain itu, peserta juga mengisi survei tentang pola makan, olahraga, dan riwayat kesehatan.

Hasilnya, para peserta teridentifikasi terbagi dalam tiga kriteria kecepatan makan, yakni kecepatan lambat, normal, dan cepat.

Penelitian ini pun mengungkap, orang yang makan dengan cepat cenderung mengalami kenaikan berat badan, dan memiliki kadar gula darah serta kolesterol jahat yang lebih tinggi.

Orang yang makan dengan cepat juga dua kali lebih mungkin membangun sindrom metabolik dibandingkan dengan orang yang makan dengan kecepatan normal.

Sindrom metabolik adalah sebuah kelompok faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi, dan obesitas, yang terkait dengan kondisi semacam penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

Kondisi itu terjadi lantaran aktivitas makan yang cepat menyebabkan fluktuasi gula darah, yang menyebabkan resistensi insulin.

Demikian pandangan yang diungkapkan peneliti dalam kajian ini, Takayuki Yamaji.

Baca juga : Sarapan Anda Mungkin Menyebabkan Gemuk

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. menyebut, kondisi semacam ini mengartikan, tubuh tidak dapat dengan mudah menyerap glukosa dalam darah.

Dengan demikian, tubuh memerlukan lebih banyak insulin untuk memungkinkan glukosa masuk ke sel.

Seiring berjalannya waktu, kondisi ini bisa berkembang menjadi diabetes tipe-2 dan penyakit jantung.

Sebab, karena kadar gula darah tinggi bisa merusak saraf dan pembuluh darah.

Di sisi lain, mereka yang makan perlahan cenderung tidak mengalami kegemukan. Kesimpulan ini juga sudah terungkap dalam penelitian sebelumnya.

Jadi, mengapa tidak meluangkan sedikit waktu untuk mengunyah agar Anda mendapat benefit bagi kesehatan?

Lagi pula, mengunyah makanan sebenarnya melepaskan sinyal kenyang ke otak. Demikian pendapat Kathleen Melanson dari University of Rhode Island.

Kathleen pun mempelajari kecepatan makan dan berat tubuh.

Saat otak menyadari bahwa sudah cukup ada makan, maka akan menghindar untuk makan lagi.

Sementara, karena tidak ada formula khusus untuk mengetahui berapa lama makanan harus dikunyah, Melanson merekomendasikan untuk fokus pada tekstur makanan.

Coba lakukan kunyahan makanan hingga cukup hancur dan halus. Kemudian tunggu hingga tertelan sempurna sebelum menyuap lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com