Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Menyusui Tetap Merokok, Amankah bagi Bayi? Apa Risikonya?

Kompas.com - 04/12/2017, 17:24 WIB

KOMPAS.com - Hal pertama yang harus diinget adalah, ketidakmampuan untuk menghentikan kebiasaan merokok tidak lantas membuat seorang ibu harus berhenti menyusui.

Menyusui memberikan banyak kekebalan, yang membantu bayi melawan penyakit, dan bahkan dapat membantu menangkal beberapa efek dari asap rokok.

Misalnya, pemberian ASI telah terbukti mengurangi efek negatif dari asap rokok di paru-paru bayi.

Sudah pasti, lebih baik jika ibu menyusui tidak merokok.

Tapi, jika pun seorang ibu tidak bisa berhenti atau mengurangi rokok, maka lebih baik merokok dan tetap menyusui, daripada merokok dan memberi susu formula.

Baca juga : Jika Tidak Merokok Dapat Libur Tambahan dari Kantor, Mau?

Semakin banyak rokok yang dihisap, akan mendatangkan risiko kesehatan yang semakin besar bagi ibu dan juga bayinya.

Apa yang terjadi pada bayi saat terpapar asap rokok?

Bayi dan anak-anak yang terpapar asap rokok memiliki risiko terkena pneumonia, asma, infeksi telinga, bronkitis, infeksi sinus, dan iritasi mata, yang jauh lebih tinggi.

Lalu, kolik lebih sering terjadi pada bayi yang ibu atau ayahnya merokok, termasuk jika ibu menyusui dan merokok.

Kolik adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika bayi terus menangis tanpa sebab dan sulit dikendalikan.

Kolik biasanya terjadi pada bayi sehat yang berusia di bawah lima bulan, di mana ia bisa menangis hingga lebih dari tiga jam, selama kurang lebih tiga hari berturut-turut.

Baca juga : Apa Merokok Bisa Bikin Kurus? Ini Faktanya

Nah, bayi dengan orangtua yang merokok memiliki kemungkinan lebih rewel.

Sementara, ibu yang merokok merokok kemungkinan kurang mampu mengatasi bayi kolik, karena kadar hormon prolaktin yang lebih rendah.

Prolaktin adalah salah satu hormon yang bermanfaat dalam produksi ASI pada ibu menyusui.

Selain itu, ibu yang memiliki kebiasaan merokok bisa menambah potensi gejala seperti mual, muntah, kram perut, dan diare pada bayi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com