Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Membesarkan Anak Menjadi Seorang yang Optimistis

Kompas.com - 05/12/2017, 08:06 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Memiliki pandangan hidup yang optimis tidak cuma berguna untuk mendongkrak kepercayaan diri. Optimisme bisa membuat seseorang lebih siap menghadapi asam-garam kehidupan dan masa depan yang penuh tantangan.

Sejumlah penelitian menemukan bahwa orang yang optimis akan jauh dari rasa frustasi, tidak mudah sakit, mampu membangun hubungan harmonis, dan lebih panjang umur. Itu sebabnya penting bagi setiap orangtua untuk membesarkan anak optimis.

Penelitian melaporkan bahwa anak yang optimis lebih “kebal” terhadap depresi dan berbagai gangguan perilaku di usia dewasanya, seperti sikap antisosial dan penyalahgunaan narkoba. Lantas, bagaimana caranya agar si kecil bisa tumbuh menjadi anak optimis?

Optimisme adalah karakter yang bisa dibentuk sejak kecil. Pasalnya, anak belajar segala sesuatu dengan mencontoh tingkah laku orangtuanya. Karena itu, cara paling baik dan efektif untuk menumbuhkan sikap optimis pada anak adalah dengan memberikan contoh perbuatan yang nyata.

Baca juga : Membentuk Anak Bahagia ala Pola Asuh Skandinavia

Berikut beberapa tips untuk agar si kecil bisa tumbuh menjadi anak optimis:

1. Dengarkanlah anak Anda

Sikap optimis dan percaya diri anak bisa dilatih dengan membiarkannya mengutarakan apa yang ia rasakan dan ingin ungkapkan. Anda sebagai orangtua harus mendengar tanpa menghakimi. Pasalnya, anak-anak memiliki perasaan yang kuat, tetapi tak memiliki kata-kata untuk mengekspresikannya.

Cerita yang ia utarakan pun merupakan bagian dari pembelajaran proses berpikir. Mereka bisa saja bilang, “Aku benci Matematika!” padahal apa yang sebenarnya ingin disampaikan adalah “Bagaimana caranya biar aku bisa pintar belajar Matematika dengan lebih baik?” Tugas para orangtualah untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ungkapkan.

Jika anak merasa kesal terhadap suatu hal, ia pasti akan melihat hal itu sebagai hal yang negatif. Tanyakan padanya kenapa ia merasa kesal. Anda dan si kecil bisa mencari solusi dengan berdiskusi bersama. Intinya adalah fokus pada pemecahan masalahnya, jangan pada kesulitan yang sedang dirasakan saat ini. Anak pun akan belajar menumbuhkan sikap optimis dan mencari jalan keluar dari orangtuanya.

2. Hindari memberikan “label” atau “cap” pada anak

Sadar atau tidak, anak-anak akan berusaha memenuhi atau melawan segala harapan orangtuanya. Jadi, setiap kali Anda mengatakan, “Anak kedua saya adalah anak saya yang paling pemalu,” dan itu didengar oleh si kecil, maka hal itu akan menjadi identitas permanen dalam dirinya.

Pelabelan negatif pada anak bisa membahayakan konsep diri anak, dan membuat orangtua menghadapi hal yang tak ia sukai dalam diri anak terus menerus. Anda harus ingat bahwa setiap orang terlahir berbeda termasuk si kecil, ia sudah pasti berbeda dengan adik atau kakaknya.

Jadi, jangan berikan “label” pada anak dengan sebutan anak malas, pemalu, pemarah, atau apapun itu. Hal ini mungkin hanya akan membuatnya tumbuh sesuai dengan label yang Anda berikan. Jika hal ini terjadi, ia tumbuh menjadi anak yang cenderung pesimis bukan menjadi anak optimis.

3. Coba ubah hal yang negatif menjadi positif

Setiap anak akan memiliki ketakutan yang berbeda. Anda tidak dianjurkan menyalahkan ketakutan tersebut dengan, “Begitu saja, kok, takut?” dan ungkapan lainnya yang semakin membuat anak rendah diri.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com