Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik, Pelepas Belenggu Pernikahan Anak di Desa Gedangsari...

Kompas.com - 15/12/2017, 13:00 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

Ada kualitas ada harga. Busana yang terpasang di galeri ini tak bisa disebut murah. Karya yang dijual di galeri itu dibanderol mulai harga Rp400 ribu hingga jutaan rupiah.

Kemiskinan dan perkawinan anak

Kepala Sekolah SMKN 2 Gedangsari Daryono menyebut, di daerahnya ada tiga sekolah kejuruan yakni Jurusan Teknik Kendaraan Ringan, Akutansi, dan Tata Busana.

Kehadiran SMK tersebut berangkat dari kehidupan masyarakat setempat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

"Gedang Sari masuk daerah termiskin di Yogyakarta," kata dia.

Di daerah tersebut masih kerap ditemukan kejadian pernikahan anak.

"Anak-anak di sini, dahulu sekolah paling tinggi hanya sampai jenjang SMP, dan keluar kampung mencari pekerjaan atau yang remaja perempuannya menikah," kata Daryono.

Permasalahan tersebut menjadi kekhawatiran tetua di sana, dan akhirnya membuat komitmen untuk mengakhiri permasalahan di desanya.

Gedangsari memiliki potensi pengembangan batik. Karena itu, program memantapkan keahlian membatik dan busana menjadi prioritas pembelajaran di sana.

Baca juga : Makna Tersembunyi di Balik Motif Batik Anies dan Jokowi

Belajar membatik digalakkan sejak pendidikan dini sampai tingkat SMA. "Kami mengharapkan generasi Gedangsari bisa berkembang di kampungnya sendiri," tutur dia.

Mulanya, SMKN 2 Tata Busana kurang diminati warga.

Penjelasan kepada siswa dan orangtua, serta tawaran beasiswa sampai lulus, plus fasilitas belajar mirip seperti industri konveksi besar, membuat sekolah itu kian diminati.

Kini, di sekolah tersebut telah menampung sekitar 700 siswa.

Bahkan, keunggulan sekolah tersebut menarik minat siswa dari daerah lain bersekolah di sana.

SMKN 2 Gedangsari kini telah meluluskan delapan angkatan. Angkatan pertama lulus tahun 2010.

Devi salah satu lulusan sekolah tersebut. Dia dan beberapa teman seangkatannya menjalankan program magang setahun di sekolahnya.

Setiap hari, kata Devi, ada saja orderan jahitan yang dibuatnya. Baik orderan seragam atau busana pesta dan lainnya.

Harapannya, setelah selesai magang, penghasilan yang didapat dari orderan konveksi bisa dibelikan mesin jahit.

"Saya mau buka jahitan di rumah dan punya butik sendiri," kata Devi.

Saat ditanya apakah akan langsung menikah setelah selesai magang?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com