Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik, Pelepas Belenggu Pernikahan Anak di Desa Gedangsari...

Kompas.com - 15/12/2017, 13:00 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

Devi dan temannya tertawa seraya menjawab, "kami mau punya karya terbaik dan hidup sukses dulu."

Konsep pendidikan eskalator

Komitmen warga Gedangsari mendapat sambutan positif dari Yayasan Pendidikan Astra - Michael D Ruslim (YPA-MDR).

Sekretaris Pengurus YPA-MDR Kristanto mengatakan lewat yayasan itu Astra mengembangkan konsep eskalator.

Baca juga : Kisah Lulantatibu, Batik Pemersatu Suku Dayak di Perbatasan

Konsep eskalator mempersiapkan anak didik menjadi pengusaha untuk membangun daerahnya.

"Ini yang disebut pendidikan berdampak pada pemberdayaan masyarakat menuju ekonomi kerakyatan," kata Kris.

Gedangsari menjadi daerah percontohan yang drintis sejak tahun 2008 lalu. Kosep pembinaan yang telah berjalan di sana berjenjang dan berkelanjutan.

Mulai level SD terus ke level SMP lanjut ke SMK dan lulusan SMK disiapkan program Teaching Factory satu tahun untuk menjadi enterpreuner.

Kris menambahkan, karya siswa berupa batik sudah dipasarkan ke Astra Group dan event pameran Inacraft setiap tahun di Jakarta.

Busana buatan Siswa SMKN 2 Gedangsari dan Teaching Factory (Tefa) juga sudah dipasarkan secara langsung maupun online.

"Mereka juga sering memenangkan perlombaan baik tingkat provinsi maupun nasional," tutur Kris.

Dalam penerapan pendidikan eskalator ini, Astra membina enam SD, satu SMP, dan satu SMK di Desa Tegalrejo selama 5-8 tahun.

"Kami melakukan pembinaan sekolah yang terintegari dengan menerapkan pola empat pilar akademis yaitu pilar pertama akademis, kedua karakter, pilar ketiga kecakapan hidup, dan terakhir seni budaya," katanya. 

Selain di Gunungkidul, Astra juga sedang mengembangkan pendidikan eskalator di Pacitan dengan mengembangkan pendidikan jurusan agrobisnis.

Baca juga : Bahasa Simbol Motif Batik

"Daerah yang sedang masuk tahap survei lainnya adalah Lampung. Dan kami berharap metode yang telah dijalani dapat mengurangi persoalan bangsa meskipun hanya sedikit," tutupnya.

Teeett.. teettt.. teettt.. bel berbunyi. Siswa bergegas menyudahi aktivitas belajarnya. Mengemas barang-barang dan bersiap pulang.

Berangsur-angsur siswa pergi dan meninggalkan gedung sekolah.

Daryono Kepala Sekolah SMKN 2 Gedangsari dengan mengendarai sepeda motor juga turut bergegas pulang menuju Yogyakarta, penempuh perjalanan sekitar satu jam.

Di perjalanan, Daryono pasti melintasi sebuah garupa bertuliskan "Rintisan Desa Wisata Budaya". Itu adalah pada pintu masuk Desa Tegalrejo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com