TANGERANG, KOMPAS.com - Tak ada yang salah bila orangtua berniat membelikan mainan untuk anak mereka.
Namun, akan lebih bijak jika mainan tersebut dipastikan sesuai dengan usia si buah hati dan bisa melibatkan orangtua di dalamnya.
Menurut psikolog anak Anatasia Satriyo, dalam permainan anak yang terpenting adalah interaksi.
Jadi, bukan sekadar memilih, dan membeli mainan di toko, kemudian membiarkan anak bermain sendiri.
Baca juga : 20 Desain Boneka dari Anak Indonesia Ikut Lomba Internasional IKEA
“Mainan adalah media supaya anak berinteraksi dengan orangtua, keluarga, dan teman sebayanya,” kata Anastasia saat ditemui di gerai IKEA, di Tangerang, Selasa (19/12/2017).
Dalam interaksi itu, anak-anak bisa mengembangkan kreativitasnya, juga mengasah kemampuan lainnya.
Dia mencontohkan, pada usia 0-18 bulan biasa anak sedang memasuki fase mengenal bagian tubuh.
Mainan yang sesuai adalah yang menghasilkan bunyi-bunyian. Misalnya, kerincingan untuk menstimulasi pendengaran.
Saat bermain, orangtua pun perlu menaik-turunkan intonasi suara, serta wajah ekspresif.
“Memang agak terlihat dan terdengar lebay bagi orang dewasa, tapi untuk bicara dengan anak harus seperti itu,” kata Anastasia.
Baca juga : Pengeluaran untuk Liburan Keluarga Lebih Bermanfaat Ketimbang Beli Mainan Anak
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.