Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari "Pupuk" Kreativitas Anak dengan Mainan, Begini Caranya...

Kompas.com - 19/12/2017, 16:29 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Tak ada yang salah bila orangtua berniat membelikan mainan untuk anak mereka.

Namun, akan lebih bijak jika mainan tersebut dipastikan sesuai dengan usia si buah hati dan bisa melibatkan orangtua di dalamnya.

Menurut psikolog anak Anatasia Satriyo, dalam permainan anak yang terpenting adalah interaksi.

Jadi, bukan sekadar memilih, dan membeli mainan di toko, kemudian membiarkan anak bermain sendiri.

Baca juga : 20 Desain Boneka dari Anak Indonesia Ikut Lomba Internasional IKEA

“Mainan adalah media supaya anak berinteraksi dengan orangtua, keluarga, dan teman sebayanya,” kata Anastasia saat ditemui di gerai IKEA, di Tangerang, Selasa (19/12/2017).

Dalam interaksi itu, anak-anak bisa mengembangkan kreativitasnya, juga mengasah kemampuan lainnya.

Dia mencontohkan, pada usia 0-18 bulan biasa anak sedang memasuki fase mengenal bagian tubuh.

Mainan yang sesuai adalah yang menghasilkan bunyi-bunyian. Misalnya, kerincingan untuk menstimulasi pendengaran.

Saat bermain, orangtua pun perlu menaik-turunkan intonasi suara, serta wajah ekspresif.

“Memang agak terlihat dan terdengar lebay bagi orang dewasa, tapi untuk bicara dengan anak harus seperti itu,” kata Anastasia.

Baca juga : Pengeluaran untuk Liburan Keluarga Lebih Bermanfaat Ketimbang Beli Mainan Anak

Kemudian, saat fase anak bisa berjalan di usia dua tahun, maka dibutuhkan mainan yang lebih eksploratif.

Anastasia mencontohkan, ada masa di mana anak suka melakukan aktivitas pengulangan dan mengambil serta melempar mainan.

Aktivitas itu menurut dia seringkali dianggap mengganggu bagi orangtua. Padahal, katanya, anak-anak sedang belajar teori "sebab-akibat".

Seperti ketika diambil, dilempar, kemudian menghasilkan bunyi.

“Itu adalah fase scientific pertama yang dilakukan anak-anak usia dua tahun."

"Sebaliknya, kalau kita larang, maka nanti kreativitas dan kemampuan berpikirnya tidak akan berkembang,” ujar Anastasia.

Pada fase selanjutnya, bisa mengenalkan mainan anak yang memancing daya kreativitas dan imajinasi.

Misalnya, menyusun balok dan mainan yang berkaitan dengan pekerjaan di dunia nyata.

Orangtua pun bisa turut serta mengenalkan bagaimana peran-peran mainan tersebut dalam dunia nyata.

Baca juga : IKEA Pamerkan UKM Kerajinan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com