Apresiasi bukan sekadar ‘gambar kamu bagus ya’, namun bisa seperti ‘oh gambar apa, nak? Tolong ceritain dong’.
Dari situ, sang anak pun dapat menceritakan ekspresi lewat hasil gambar mereka.
Baca juga : Wow... Bocah 11 Tahun Menggambar Peta Dunia Hanya lewat Ingatannya
Dia menambahkan, baik orangtua atau pun guru, kerap belum bisa memberi empati dan masih merasa paling benar.
“Kita sebagai orangtua dan pengajar adalah fasilitator. Bagaimana kita menanyakan kembali, kenapa mereka menggambar seperti itu,” ujar Hendriana.
Untuk guru atau orangtua, indikator penilaian hasil gambar anak bukan lagi pada kerapihan warna atau garis, melainkan kreativitas.
“Misalnya menggambar bebas, jangan dikomentari apa-apa, jangan bukan lagi kamu salah, tapi temannya bisa nanya (itu gambar apa dan kenapa)."
"Jadi gambar bukan hasil akhir, tapi proses untuk mencapai krativitas itu,” ungkap Hendriana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.