Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/01/2018, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Barangkali tak ada yang lebih diandalkan untuk memberi kesan glamor dan segar pada penampilan perempuan selain lipstik warna merah.

Sepanjang sejarahnya, warna merah merupakan simbol dari keberanian, kekuatan, feminin, bahkan kekuasaan. Sebuah warna yang klasik dan memberi kesan seksi pada mereka yang berani memakainya.

Lipstik berwarna merah juga menjadi ciri khas dan pembeda para perempuan terkenal, mulai dari Marilyn Monroe, Gwen Stefani, hingga Taylor Swift.

"Ini adalah keajaiban lipstik," kata pendiri Lipstick Queen, Poppy King.

Meski begitu, 'keajaiban' itu tak selalu bermakna baik, terutama pada warna lipstik dan kosmetik secara umum.

Di awal masa perkembangan gereja-gereja Kristen di Inggris Raya, memakai lipstik akan dianggap sebagai sebuah dosa dan penipuan sehingga bisa dihukum.

Ketika itu, agama Kristen menganggap usaha mengubah penampilan wanita sebagai perlawanan kepada Tuhan.

"Memakai kosmetik juga dianggap sebagai pemalsuan penampilan, pengkhianatan pada kebenaran," jelas penulis buku Compacts and Cosmetics: Beauty from Victorian Times to the Present Day, Madeleine Marsh.

Dijelaskan oleh Rachel Weingarten, ahli sejarah kosmetik, di tahun 1400-1500, masa ketika gereja melarang penggunaan make up, seorang suami bisa menceraikan istrinya karena memakai kosmetik.

"Itu dianggap sebagai dosa karena dianggap wanita itu tidak menampilkan diri yang sebenarnya," kata Weingarten.

Respon paling ekstrem pada penggunaan make up terjadi sekitar tahun 1700. Ketika itu Pemerintah Inggris bisa menghukum wanita yang menggunakan kosmetik, rambut palsu, atau sepatu bertumit tinggi.

Di lain pihak, banyak zat-zat berbahaya yang dipakai dalam kosmetik di era tersebut dan menyebabkan kematian.

Walau zaman semakin maju, nyatanya masih banyak pendapat negatif pada wanita yang memakai kosmetik. Dalam sebuah survei yang dilakukan YouGov, 63 persen pria mengatakan wanita memakai make up karena ingin membuat orang lain tertarik.

Pandangan sosial terhadap lipstik berwarna merah akhirnya mulai berubah di era Perang Dunia II. Lipstik berwarna menyala ini dianggap sebagai simbol keberanian, patriotisme, dan daya tahan.

Para wanita harus melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh pria yang pergi berperang. Mereka harus menjaga semangat dan menganggap kehidupan tetap normal.

"Pada periode perang, kalau kita lihat foto-foto wanita hampir semuanya memakai lipstik berwarna terang. Itu adalah masa ketika wanita dituntut harus kuat, dan lipstik adalah bagian dari itu," kata Marsh.

Ketika itu wanita juga akhirnya merasakan kebebasan dan kemandirian. Untuk pertama kalinya mereka memiliki kehidupan di luar rumah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com