Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/01/2018, 13:33 WIB

KOMPAS.com - Memiliki keturunan tentu menjadi keinginan banyak keluarga. Sayangnya, kehamilan yang dinanti, kerap menjadi hal yang sulit bagi sebagian perempuan.

Tentu, ada rasa frustasi, marah, kecewa, lelah, dan sedih yang terkadang muncul di dalam benak mereka.

Manusia terbiasa berpikir bahwa jika berusaha keras untuk sesuatu, maka dia bisa mencapainya. Sayangnya, spirit semacam itu tak selalu terbukti dalam soal menanti kehamilan. 

Pandangan itu diungkapkan Jessica Zucker, seorang psikolog di Los Angeles, Amerika Serikat. Dia menyebut, setiap perempuan berbeda dan setiap situasi pun unik.

Sementara, menurut Alexis Melnick, dokter kandungan di New York, ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin tidak bisa hamil.

Baca juga : Bagaimana Cara Cepat Hamil Setelah Menikah?

Ada alasan medis, dan ada alasan lingkungan. Kabar baiknya adalah, banyak kondisi seperti itu bisa diobati.

Berikut ini adalah sejumlah potensi penyebab dalam kesulitan hamil.

Endometriosis

Kram saat menstruasi tidak akan menghalangi Kamu untuk hamil. Tapi kram parah adalah gejala endometriosis, yang bisa menyebabkan infertilitas.

“Gejala yang paling umum dari kondisi ini, yang terjadi saat lapisan rahim tumbuh di luar rahim, adalah periode yang menyakitkan,” kata Melnick.

Yang lainnya termasuk nyeri panggul kronis dan ketidaknyamanan saat bersenggama.

Sekitar 10 persen perempuan menderita endometriosis, dan sampai 50 persen dari jumlah itu mengalami kesulitan hamil.

Dalam kondisi semacam ini, ahli endokrinologi reproduksi dapat merekomendasikan operasi atau perawatan lain.

Baca juga : Amankah Berhubungan Seks ketika Hamil Tua?

“Dalam kasus ringan, teknik reproduksi seperti IVF (In Vitro Fertilization/bayi tabung) dapat membantu,” kata Melnick.

Tidak ada ovulasi

Tidak adanya ovulasi juga bisa menghambat peluang untuk hamil. Ada beberapa pemicu anovulasi, termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS).

PCOS adalah suatu kondisi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron.

Pemicunya bisa karena mutasi genetik, disfungsi tiroid, hiperprolatinemia, kondisi hormonal dan olahraga yang berlebihan.

Halaman:
Sumber Meetdoctor
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com