Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/01/2018, 16:42 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com — Tak ada satu pun pasangan di dunia ini yang ingin berpisah. Namun, perceraian pun bukan sesuatu yang bisa dihindari jika saatnya tiba. 

Jika dilihat dari sisi historis, kasus perceraian telah mulai tercatat dalam budaya Roma dan Yunani kuno.

Perihal perceraian ini telah terlihat pada ungkapan Romawi yang berbunyi "matrimonia debent esse libera" yang berarti bahwa "pernikahan seharusnya bebas".

Demi menjaga nama baik keluarga, umumnya setiap anggota keluarga akan mencegah sebagian besar pernikahan berakhir dengan perceraian.

Biasanya, mereka akan membantu atau memaksa pasangan yang dirundung masalah untuk menyelesaikannya.

Baca juga: Senin Pertama di Januari Dijuluki Hari Perceraian, Mengapa?

Pada abad ke-15, perceraian sangat umum terjadi.

Al-Sakhawi,  sejarawan dan ulama di bidang hadis, tafsir, dan sastra pada masa itu menemukan banyaknya praktik perceraian.

Dia mewawancarai 500 wanita Mesir dan Suriah. Dari wawancara itu terungkap bahwa sepertiga narasumbernya telah menikah lebih dari satu kali.

Selama abad pertengahan di Eropa, gereja memiliki semua otoritas atas pernikahan. Pembatalan pernikahan dan perceraian tetap dilakukan meski perceraian telah dilarang.

Saat itu muncul istilah "divorce a mensa et thoro" yang berarti "perceraian dari tempat tidur dan tempat tinggal".

Istilah ini merujuk pada perpisahan di mana seorang suami dan istri pindah ke tempat yang terpisah.

Meskipun perceraian dilarang, banyak pasangan yang berkomitmen untuk tidak lagi tinggal bersama sejak saat itu.

Baca juga: Orangtua Cerai Bikin Anak Rentan Sakit, Benarkah?

Sementara itu, pembatalan pernikahan hanya diberikan untuk kasus perkawinan yang dianggap tidak sah.

Pada tahun 1600 sampai akhir 1800-an di Jepang, wanita tidak diizinkan untuk meminta cerai. Hanya pria yang bisa melakukannya dengan menulis surat perceraian.

Keluarga sering campur tangan untuk mencoba membantu pasangan terhindar dari perceraian karena keutuhan keluarga adalah hal yang sangat istimewa di negeri itu.

Jika seorang wanita berada dalam pernikahan yang buruk, dia hanya bisa mencari perlindungan di kuil perceraian Shinto. Lalu, setelah beberapa tahun kemudian baru bisa bercerai.

Pada abad ke-19, Jepang menduduki angka tertinggi di dunia dengan dengan tingkat perceraian satu perdelapan dari jumlah pernikahan.

Baca juga: Kebanyakan Permintaan Cerai Datang dari Pihak Istri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com