Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 01/03/2023, 07:27 WIB
Wisnubrata

Editor

2. “Kenapa kalian bercerai?”

Jangan ceritakan secara mendetil, itu akan membuat Anda kebingungan, tapi pastikan menceritakan jawaban Anda.

Seperti, “Ibu dan ayah sebenarnya tidak ingin ini terjadi, tapi kami terus bertengkar hingga membuat kami lelah. Walaupun hidup tanpa ayah/ibu akan terasa berbeda, tapi kami tetap orangtuamu dan akan selalu menyayangimu.”

Hindari menjawab dengan, “Kami berdua tidak lagi saling mencintai.” Anak Anda bisa menyalahartikan maksudnya. Dia bisa saja mengira bahwa Anda dan mantan pasangan berarti tidak menyayanginya juga.

Namun tentunya penjelasan ini bukan hanya berupa kata-kata saja, Anda dan mantan pasangan juga harus berkomitmen dalam perkembangan anak.

Meski rasanya memang sulit untuk berkompromi bersama pasangan, cobalah untuk pelan-pelan membangun hubungan sebagai teman.

Baca juga: Yang Dipikirkan Anak ketika Orangtuanya Bercerai

3. “Aku kangen ibu” atau “Aku kangen ayah”

Ini mungkin bukan pertanyaan, tapi pasti ada saat-saat mereka menyatakan rasa kangen terhadap mantan pasangan.

Anda bisa menenangkannya dengan begini, “Kamu bisa menelepon ibu/ayah setiap hari. Kamu juga boleh mengunjunginya setiap pulang sekolah atau saat hari libur. Ayo kita bicarakan dengan ibu/ayah, ya.”

Anda tidak perlu takut anak akan memihak mantan pasangan, sebab ini bukan kompetisi, yang terpenting adalah anak mendapatkan kasih sayang yang cukup. Ketika ia dewasa nanti, ia bisa mengerti sendiri apa yang sebenarnya terjadi di antara Anda berdua.

Bagaimana jika anak tidak ingin mengunjungi ibu/ayahnya (mantan pasangan Anda)? Anda tetap harus mencoba membujuknya, meskipun itu membuatnya ingin segera menemui Anda.

Mantan pasangan juga berhak mendapatkan waktu bersama anak. Cobalah untuk membujuknya tanpa harus memaksanya.

4. “Di mana aku akan tinggal?”

Pertanyaan ini mungkin juga akan terlontar saat ia mengetahui perpisahan. Tentu hukum di Indonesia memiliki beberapa pertimbangan untuk memutuskan hak asuh anak.

Jika anak masih kecil, biasanya hak asuh akan jatuh pada ibunya. Tapi tidak menutup kemungkinan anak bisa tinggal bersama ayahnya, saat ibu mereka dianggap tidak mampu menjaganya.

Anda dan mantan pasangan juga bisa berkompromi anak tinggal bersama siapa, ini jalan yang baik tanpa harus berebut hak asuh. Ketika sudah sepakat, baru saat itu Anda menjelaskan.

Namun saat anak-anak beranjak dewasa, ia berhak untuk memilih. Jangan paksa anak untuk menentukan pilihan. Misalnya Anda memaksanya untuk bersama Anda, kalau tidak begitu, ia akan kehilangan hak-hak yang telah Anda berikan.

Pada masa remaja, anak sering memilih orangtua yang lebih memberikan kebebasan padanya. Mungkin Anda takut, sehingga memberinya kebebasan berlebihan, namun sebenarnya tidak harus seperti itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com