Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nikah Dini pada Masyarakat Pedesaan Juga Ditemui di AS

Kompas.com - 16/01/2018, 08:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Pernikahan dini merupakan praktik yang banyak ditemui di negara berkembang, terutama di daerah pedesaan. Yang menarik, fenomena tersebut juga terjadi pada masyarakat pedesaan di negara maju seperti Amerika Serikat.

Menurut riset terbaru yang dilakukan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), diketahui anak perempuan yang tinggal di desa melakukan hubungan seks lebih awal, yakni usia 16 tahun. Sementara anak perempuan di perkotaan melakukannya di usia sekitar 17 tahun.

Perbedaan aktivitas memulai hubungan seksual itu dinilai menjadi penyebab mengapa jumlah anak di pedesaan pada umumnya lebih banyak dibanding wanita yang tinggal di kota besar.

Di Indonesia, angka pernikahan dini juga masih tinggi.  Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2010), mereka yang menikah pertama kali pada usia 15-19 tahun mencapai 46,7 persen.

Tahun 2015 Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Dunia untuk Anak (UNICEF) merilis laporan bahwa angka perkawinan usia di bawah 18 tahun di Indonesia mencapai 23 persen.

BPS juga mencatat bahwa fenomena tersebut lebih banyak terjadi di pedesaan dengan prosentase mencapai 27,11 persen. Sementara itu, daerah perkotaan hanya sekitar 17,09 persen.

Pernikahan dini di Indonesia dipicu oleh berbagai sebab, namun masalah ekonomi menjadi pemicu utamanya. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah juga membuat anak perempuan menikah dini.

Dalam perspektif kesehatan, kehamilan anak di bawah usia 20 tahun berisiko pada tidak siapnya organ reproduksi. Hal itu dinilai salah satu penyebab kematian ibu hamil di bawah usia 20 tahun.

Pernikahan dini juga seringkali memicu perceraian karena kurang siapnya mental mereka dalam memasuki kehidupan pernikahan. Secara psikologis, usia remaja adalah usia tumbuh dan kembang. Menikah dan memiliki anak merupakan tanggung jawab yang berat untuk remaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com