Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Akan Tumbuh Lebih Tinggi, Kakak Atau Adik?

Kompas.com - 30/01/2018, 15:53 WIB

KOMPAS.com - Pernahkah kamu bertanya-tanya, siapa yang akan tumbuh jadi lebih tinggi, kakak atau adik? Pertanyaan ini sering kali dilontarkan seiring dengan fakta di lapangan yang menemukan anak kedua dan seterusnya cenderung lebih tinggi dibanding dengan anak pertama.

Lalu, adakah fakta ilmiah mengenai hal ini? Ternyata, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa berdasarkan antropometri atau ilmu pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus tubuh, anak sulung cenderung tumbuh lebih tinggi daripada anak yang lahir setelahnya.

Urutan lahir dianggap memengaruhi faktor pertumbuhan tinggi yang dikaitkan dengan beberapa faktor, utamanya metabolisme di masa kanak-kanak.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Auckland di Selandia Baru berusaha untuk membuktikan jawabannya secara ilmiah.

Sebanyak 312 anak prapubertas menjadi subjek penelitian untuk membuktikan siapakah yang lebih tinggi, anak pertama atau justru anak kedua dan setelahnya.

Di antara 312 anak yang diteliti, 157 anak merupakan anak sulung dan 155 anak merupakan anak yang lahir setelahnya. Dari 155 anak, 119 anak merupakan anak kedua dan 36 anak merupakan anak ketiga.

Semuanya merupakan anak berusia 3-10 tahun dengan usia kehamilan ibu pada saat lahir 37-41 minggu dan berat lahir sesuai umur kehamilan.

Penilaian yang dilakukan meliputi tinggi badan, berat badan, metabolisme tubuh, profil hormon, serta komposisi tubuh yang diukur berdasarkan Dual-energy X-ray Absorptiometry (DEXA) atau melalui pengukuran kepadatan tulang.

Baca juga : Seberapa Besar Faktor Keturunan Memengaruhi Tinggi Badan Anak?

Ilustrasi tinggi badan anakTomwang112 Ilustrasi tinggi badan anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak pertama lebih tinggi dari anak yang lahir setelahnya. Anak sulung juga cenderung tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tinggi orangtuanya.

Peneliti menemukan bahwa anak sulung lebih tinggi sekitar 2,5 cm dibandingkan dengan anak yang lahir setelahnya. Antara anak sulung dan anak kedua serta ketiga terdapat penurunan tinggi rata-rata yang berbeda. Dari anak sulung ke anak kedua umumnya mengalami penurunan sebanyak 1,3 cm sedangkan dari anak kedua ke anak ketiga rata-rata turun sekitar 2 cm.

Di sini terlihat bahwa anak sulung dan kedua memiliki hormon pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak ketiga. Penelitian juga menyatakan bahwa perbedaan tinggi ini cenderung bertahan hingga dewasa, bukan hanya pada masa kanak-kanak saja.

Selanjutnya, sesuai dengan perawakannya yang lebih tinggi, anak pertama dan kedua memiliki IGF-I yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak ketiga. IGF-I merupakan mediator penting pertumbuhan pada masa kanak-kanak.

Tak hanya soal tinggi badan, penelitian ini juga meneliti soal kelebihan timbunan lemak dalam tubuh pada anak sesuai urutan lahir.

Anak pertama dan kedua memiliki kelebihan timbunan lemak dalam tubuh yang lebih sedikit (menurunkan lemak android ke lemak gynoid) ketimbang anak ketiga. Namun, parameter lainnya seperti kadar lemak darah tidak terpengaruh oleh urutan lahir.

Selain pada tinggi badan, urutan lahir juga mungkin berpengaruh pada emosi, sikap, dan perkembangan kepribadian anak.

Namun kembali lagi, tidak semua anak pertama di dunia lebih tinggi dibandingkan adik-adiknya. Kondisi ini juga bisa bergantung pada kondisi tubuh, asupan nutrisi, serta gen pada masing-masing anak.

Di samping itu, penelitian ini tidak mempertimbangkan jenis kelamin anak pertama dan adik-adiknya. Karena itu, hasil penelitian ini memang bukan rumus pasti untuk menentukan anak keberapa yang akan tumbuh lebih tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com