Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2018, 09:23 WIB

KOMPAS.com -  Menjalin hubungan asmara dengan seseorang yang berbeda budaya dan bahasa tentu memiliki "seni" tersendiri.

Hubungan semacam ini, konon membutuhkan orang yang mudah beradaptasi, agar jalinan cinta yang terjalin bisa berjalan mulus. 

Bayangkan saja, mungkin kebiasaan kencan dari seseorang dengan latar belakang budaya yang berbeda, akan terasa berbeda pula.

Di sisi lain, menjalin hubungan dengan orang asing, bisa pula dijadikan prospek yang menarik saat kita berada di luar negeri, atau ingin menetap di luar negeri.

Namun, apa yang terjadi selanjutnya sesungguhnya bisa mendatangkan sensasi yang mendebarkan, dengan gegar budaya yang mengejutkan. 

Pengalaman berikut ini diungkapkan oleh Hilary Keyes di laman SavvyTokyo.com.

Keyes adalah perempuan asal Niagara Falls, Kanada, yang sudah menetap di Tokyo, Jepang, sejak 10 tahun terakhir.

Sebagai seorang wanita lajang, dia mengamati dan menjalani hampir setiap inkarnasi kencan modern, melihat baik dan buruknya. Dia pun melihat bagaimana orang-orang di sekitarnya menjalani hubungan.

Lantas, bagaimana pasangan dalam hubungan multibahasa bisa langgeng di Jepang?

Keyes mengaku memiliki pengalaman tersendiri tentang hal itu. Dia pun sempat melengkapi "riset"-nya tersebut dengan bertanya kepada lima pasangan "beda bahasa" yang sukses menjalin hubungan.

Ternyata, ada dua hal utama yang harus selalu diingat saat kita hendak menjalin hubungan "berbeda" semacam itu. 

1. Menyadari kepribadian yang berubah berdasarkan bahasa dan lokasi

Menurut psikolog dan ahli bahasa yang telah mempelajari orang-rang dengan multibahasa, bergantung pada bahasa asli kita, akan membuat kepribadian kita terlihat berbeda.

Kita akan bisa merasa lebih nyaman atau lebih ekspresif dalam satu bahasa terhadap lawan bicara kita.

Nah, ketika berada dalam hubungan multibahasa, ini berarti dinamika hubungan kita dapat berubah secara dramatis, akibat perbedaan penggunaan bahasa tersebut.

Contoh yang bagus adalah sebuah pengalaman yang dialami teman Keyes, Toshi dan Jane saat mereka bepergian ke luar negeri.

Keduanya mampu berbicara dalam bahasa Inggris dan Jepang. Kebanyakan mereka menggunakan bahasa Jepang saat berada di depan umum, dan memakai bahasa Inggris saat di rumah.

Namun, ketika mereka bepergian ke Amerika Serikat, Jane melihat, Toshi berubah menjadi seseorang yang paling menyenangkan yang tak pernah dia lihat sebelumnya.

"Dia terasa menjadi lebih terbuka, sangat berpendirian, mau memegang tanganku, memeluk pinggangku, dan bahkan menciumku di depan umum," kata Jane.

"Itu adalah sebuah perubahan, dan ini menjadi perjalanan tiga minggu yang sangat romantis."

"Tapi begitu kami mendarat di Narita, sosok hangat yang menyenangkan itu lenyap. Toshi kembali menjadi orang Jepang."

"Saya mendapati diri saya merasa kurang tertarik padanya saat itu, karena saya sangat terkesan dengan 'kepribadian bahasa Inggris'-nya," papar Jane.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com