Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Gemuk Berisiko Mengalami Obesitas Saat Dewasa

Kompas.com - 03/02/2018, 08:18 WIB

KOMPAS.com - Obesitas saat ini menjadi masalah penting di dunia kesehatan. Dampaknya terhadap masalah kesehatan sangat besar. Obesitas meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, diabetes mellitus (kencing manis), penyakit sendi, dan juga kanker.

Jika terjadi pada anak, obesitas juga bisa menyebabkan masalah lain yang merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan tidur, dan gangguan pertumbuhan anggota gerak kaki.

Selain itu, dalam kehidupan sosial, obesitas membuat orang menjadi merasa kurang percaya diri. Banyak orang berlomba melakukan diet untuk menjaga bentuk tubuh ideal.

Cukup sulit bagi seseorang untuk mengembalikan berat badan menjadi ideal saat sudah obesitas. Karena itu, sebenarnya intervensi harus dimulai saat masih masa kanak-kanak.

Sayangnya masih banyak orangtua yang menganggap bahwa anak gemuk itu menggemaskan, sehingga si kecil dibiarkan saja tetap gemuk bahkan hingga ia beranjak remaja.

Kapan seseorang disebut obesitas?

Penentuan status gizi dilakukan dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT) alias Body Mass Index (BMI) yang menggunakan rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan (tinggi badan)2 dalam meter. Disebut gemuk jika hasil IMT di atas 25 dan disebut obesitas jika IMT di atas 30.

Baca juga : Begini Cara Menghitung Berat Badan Ideal Anda

Mengapa obesitas bisa terjadi?

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah kalori yang dikonsumsi, dengan energi yang dikeluarkan tubuh.

Kegemukan juga bisa terjadi akibat pola makan yang salah, yaitu mengonsumsi makanan dalam porsi besar, tinggi lemak, tinggi karbohidrat, namun rendah serat dan tidak kaya akan vitamin dan mineral.

Hal ini juga diperburuk dengan aktivitas fisik yang kurang. Faktor lain seperti faktor genetik juga dianggap berperan dalam terjadinya obesitas.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami kegemukan, berisiko 2 kali lipat untuk mengalami obesitas saat dewasa dibandingkan dengan anak-anak yang semasa kecil tidak obesitas.

Mempertahankan berat badan ideal saat masa kanak-kanak dan remaja dapat mengurangi risiko terjadinya obesitas saat dewasa.

Baca juga : Mengapa Anak yang Gemuk Kurang Disukai Teman?

Bagaimana cara mencegah obesitas pada anak?

Tidak seperti orang dewasa yang dapat memilih makanan, anak dan remaja lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan pada saat memilih makanan.

Pada anak, faktor utama penyebab obesitas adalah orang tua yang memberikan makanan dalam porsi berlebihan. Hal ini akan menyebabkan proses penambahan berat badan yang sangat cepat.

Orang tua berperan penting dalam memilihkan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak serta mengatur aktivitas fisik harian anak.

Baca juga : Televisi di Kamar Tidur Picu Risiko Obesitas pada Anak

Berikut adalah beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan Departemen Kesehatan untuk pencegahan obesitas:

  • Konsumsi buah dan sayur lebih dari 5 porsi sehari.
  • Kurangi makanan dan minuman manis.
  • Kurangi makanan berlemak dan gorengan.
  • Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah.
  • Biasakan makan bersama keluarga minimal satu kali sehari.
  • Makan sesuai waktunya.
  • Batasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation menjadi kurang dari 2 jam per hari.
  • Tidak menyediakan TV di kamar anak.
  • Tingkatkan aktivitas fisik minimal satu jam per hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com