Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2018, 08:22 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia serasa berakhir saat kita mengalami patah hati. Apalagi saat kita benar-benar mencintai si dia, maka move on seolah menjadi hal yang mustahil.

Tapi kini, kita tak perlu khawatir lagi. Para psikolog telah menemukan cara mudah agar sakitnya patah hati segera pergi dari hidup kita.

Psikolog Dr Guy Winch, penulis How To Fix A Broken Heart, telah berkali-kali menangani mereka yang mengalami patah hati.

Dengan menggunakan riset, makalah, dan pengalaman menangani banyak pasien patah hati, Winch merangkum beberapa masalah paling umum yang dihadapi saat patah hati ,dan cara menanganinya.

Berikut beberapa hal yang umumnya dialami saat patah hati, dan cara menanganinya.

1. Otak tak bisa menerima kandasnya hubungan tersebut

Saat hubungan berakhir, kita seringkali tergiang suaranya, membaca kembali pesan lamanya atau melihat foto-foto yang mengabadikan momen indah bersamanya.

Kita mungkin juga mengurung diri dari dunia luar mirip seperti pecandu narkoba.

Yah, jatuh cinta mirip seperti mengonsumsi narkoba, dan putus cinta sama seperti kita berusaha berhenti dari ketergantungan narkoba.

Menurut Winch, ketika kita patah hati, otak kita merespons cara yang sama dengan pecandu yang menarik diri dari obat-obatan terlarang semacam heroin.

Tapi, sama seperti pecandu yang perlu melawan desakan untuk menggunakan narkoba, mereka yang patah hati perlu untuk berpikir rasional.

Solusi

Menurut Winch, kita perlu memahami mengapa perpisahan itu terjadi agar kita bisa move on dari kisah cinta yang kandas tersebut.

Dia juga menyarankan agar kita mendengarkan saat sang mantan memberitahu mengapa kita harus berpisah. Dan, jangan membuat alasan sendiri yang justru memperkeruh keadaan.

Jika hubungan itu berakhir tanpa alasan yang jelas, jangan salahkan mantan kekasih. Kita juga tak perlu memaksanya untuk kembali bersama.

Winch justru menyarankan agar kita menghargai diri sendiri dengan memberi sugesti pada pikiran bahwa "dia telah melanggar komitmen".

Dengan memahami alasan mengapa hubungan tersebut harus berakhir, kita membuat diri sendiri tak lagi berharap untuk kembali bersamanya. Dengan begitu kita tetap bisa menjalani hidup yang indah ini.

2. "Stalking" media sosial si mantan

Kemungkinannya adalah ketika kita menguntit sang mantan lewat media sosial, kita akan menemukan sesuatu yang tidak ingin kita lihat.

Hati kita pasti akan jatuh pada kecemburuan tak jelas yang semakin membuat kita susah melupakannya.

Mengintip media sosial sang mantan hanya bisa membuat kita lebih sulit move on.

Solusi

Menurut Winch, kita harus menghapus godaan tersebut.

Meskipun kelihatannya kekanak-kanakan untuk tidak berteman atau tidak mengikuti media sosial sang mantan, kita harus memikirkan diri sendiri.

Selain itu, kita harus mempersempit akses untuk menyakiti diri sendiri dengan membuka luka lama.

Memblokade semua media sosial adalah cara kita membatasi akses bersama sang mantan. Secara otomatis, cara ini akan membuat kita merasa lebih baik.

3. Segala sesuatu membuat menangis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com