Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Laboratorium Identitas Generasi Zaman "Now"

Kompas.com - 13/02/2018, 08:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUSEUM merupakan sebuah jendela dan cermin. Dia memberikan gambaran tentang masyarakat kita sekaligus berfungsi sebagai cara kita berefleksi terhadap kehidupan kita.

Mereka mengemban peran luar biasa dalam membentuk budaya dan seringkali mengandung tujuan politik.

Museum Istana Nasional di Taipei menjadi bagian dari klaim Taiwan bahwa merekalah “Tiongkok yang sejati”, sedangkan Museum Seni Rupa Nasional Vietnam menampilkan karya-karya yang menonjolkan karakter nasional mereka.

Di Asia Tenggara, museum-museum biasanya didominasi oleh negara dan mendorong narasi-narasi tertentu.

Namun, situasi itu sedang cepat berubah dan menjadi bagian dari sebuah pergerakan budaya yang menerpa kawasan ini.

Selama dekade terakhir, beberapa koleksi seni kontemporer pribadi makin bermunculan di hadapan publik, di antaranya Museum MACAN di Jakarta, Galeri Ilham di Kuala Lumpur, The Factory di Ho Chi Minh, MAIIAM di Chiang Mai, serta Bellas Artes dan Museum Pinto di Manila.

Pinto adalah koleksi Dr. Joven Cuanang, mantan direktur Pusat Medis St Luke. 
Ceritalah/ Ong Kar Jin Pinto adalah koleksi Dr. Joven Cuanang, mantan direktur Pusat Medis St Luke.
Menampilkan seniman-seniman regional dan mengambil tema yang bergema dengan konteks daerah masing-masing, museum-museum itu telah menempatkan seni dan isu seputar Asia Tenggara di panggung perhatian.

Sebagai contoh, MAIIAM baru menyelenggarakan sebuah pameran yang secara jelas merepresentasikan wilayah Patani?sebuah tempat dengan tensi yang “berkelanjutan” antara para penganut Islam dan Buddha ? dengan menampilkan gambaran kehidupan di Thailand selatan.

Meskipun dibiayai oleh beragam donatur kaya (seperti MACAN yang didirikan oleh Haryanto Adikoesoemo, presiden perusahaan kimia dan logistik AKR Corporindo, atau Pinto yang merupakan koleksi dari Dr Joven Cuanang, mantan direktur dari rumah sakit swasta St Luke’s Medical Centre), institusi-institusi baru ini tetap terkenal atas usaha mereka meraih perhatian publik.

Tidak ada pungutan biaya untuk masuk ke Galeri Ilham dan Bellas Artes, sedangkan tiket masuk museum lainnya tidak lebih mahal dari nonton bioskop.

Tempat-tempat ini juga sering mengadakan beragam program. MACAN memiliki agenda pendidikan melaui tur, sesi menggambar, dan acara untuk keluarga. Sementara Ilham mengacu pada aliran budaya yang lebih luas dengan memasukkan pertunjukan musik, diskusi akademis, dan pemutaran film.

Ilham menganut aliran seni yang luas mencakup pertunjukan musik, bincang- bincang akademis, pemutaran film serta pameran rutin.Ceritalah/ Ong Kar Jin Ilham menganut aliran seni yang luas mencakup pertunjukan musik, bincang- bincang akademis, pemutaran film serta pameran rutin.
Dikurasi dan didesain dengan baik, tempat-tempat ini juga seolah menawarkan suatu sarana perenungan yang terpisah dari keramaian kota.

Beberapa di antaranya, seperti Museum Seni Pinto di Antipolo yang terletak satu jam perjalanan dari Manila, juga terkenal sebagai tempat akhir pekan para pasangan.

MACAN yang tampil rapi, tenang, dan nyaman, sekarang ini sangat popular sampai terkadang harus mengerahkan tim pengendali keramaian.

Di zaman yang masyarakatnya terobsesi dengan media sosial saat ini, tak bisa dihindarkan bahwa galeri seni juga menjadi magnet bagi para Instagrammer antusias yang ingin ikut serta dalam budaya ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com