Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Keringat Berlebih, Apakah Tanda Penyakit Sistemik?

Kompas.com - 13/02/2018, 10:30 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber menshealth

KOMPAS.com - Kita pasti mengharapkan keluarnya keringat saat sedang berolahraga. Tapi, bagaimana jika keringat tiba-tiba keluar saat kita tidak melakukan aktivitas berat?

Misalnya, keringat mengucur saat duduk atau berjalan dari meja kerja ke meja lain.

Pendiri Medical Offices of Manhattan Robert Segal mengatakan bekeringat, saat aktivitas berat, merupakan cara tubuh agar tak terlalu panas.

Suhu tubuh akan tetap berada normal, 37 derajat celcius, yang akhirnya membantu menjaga keseimbangan hormon dan cairan tubuh.

Jumlah keringat bergantung pada jenis "beban" yang dihadapi tubuh.

Kenapa saat berlari keringat lebih banyak keluar daripada saat kita berjalan?

Hal itu, kata Segal, lantaran suhu tubuh saat berlari—energi lebih banyak digunakan—akan naik lebih cepat. Karena itu, badan perlu mendinginkan suhu untuk menjaga suhu normal, dengan keluarnya keringat.

Baca juga: Misteri Keringat Darah, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Masalahnya, bagaimana kalau keringat mengucur deras tanpa ada aktivitas berat?

Menurut Dermatolog Lance Brown, kondisi itu merupakan tanda hiperhidrosis, kondisi umum yang ditandai dengan keringat berlebihan.

Ada dua jenis hiperhidrosis. Pertama, Fibrohidrosis fokal primer, jenis ini paling banyak terlihat, dan terjadi pada orang-orang yang umumnya sehat.

Biasanya orang-orang yang mengalami kondisi ini berkeringat berlebih di telapak tangan, telapak kaki dan ketiak—di mana ada sejumlah kelenjar keringat yang lebih tinggi.

Kedua, hiperhidrosis generalisata sekunder. Jenis ini kurang umum karena hanya disebabkan oleh penyakit sistemik atau gangguan neurologis.

Penyakit sistemik adalah gejala penyakit yang bertalian dengan adanya kelainan kondisi sistem metabolisme tubuh manusia.

Hal itu bisa karena adanya alergi atau kepekaan tubuh terhadap suatu unsur/zat tertentu, bakteri tertentu, atau suatu kondisi kelainan tubuh yang memicu komplikasi.

Hal ini juga dapat terjadi sebagai efek samping obat seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) obat antidepresan yang paling sering diresepkan.

Baca juga: Yoga Ampuh Atasi Depresi dan Menurunkan Nafsu Makan, Benarkah?

Halaman:
Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com