KOMPAS.com- Ada banyak manfaat dari berolahraga seperti mendapatkan kebugaran dan kesehatan, serta mendapat perasaan bahagia karena meningkatnya hormon endorfin dalam tubuh.
Namun, ada juga yang menggunakan olahraga untuk mengalami fenomena yang disebut dengan "coregasm", yang juga dikenal sebagai exercise-induced orgasm (EIO) atau orgasme karena olahraga.
Coregasm pertama kali dikenalkan pada tahun 1953 oleh ahli seksologi Alfred Kinsey dalam bukunya Sexual Behavior in the Human Female.
Berdasarkan hasil riset yang dipimpin oleh Alfred Kinsey, beberapa laki-laki dan perempuan bereaksi terhadap titik orgasme saat mereka memanjat tiang atau tali, atau saat menggunakan palang tunggal atau alat olahraga semacamnya.
Menurut Alfred Kinsey, beberapa dari mereka terlibat dalam olahraga dengan niat yang disengaja untuk merasakan kepuasan semacam ini.
Meski konsep tersebut mungkin telah ada lebih dari setengah abad, salah satu riset paling mendalam mengenai coregasm baru dilakukan tujuh tahun yang lalu.
Debby Herbenick dan J. Dennis Fortenberry dari Indiana University meneliti 530 peserta wanita untuk menentukan popularitas coregasm di kalangan wanita.
Mereka menemukan bahwa 246 wanita tersebut telah mengalami coregasm sebelumnya, dengan pengalaman merasakan coregasm pertama saat berusia 18 tahun.
Jadi, bagaimana sebenarnya coregasm terjadi selama olahraga?
"Coregasm adalah istilah teknis untuk orgasme akibat olahraga, di mana aliran darah di bagian bawah perut, lantai panggul dan paha bagian dalam menjadi 'eksplosif' cukup untuk menciptakan desakan dan pelepasan," ucap Jenni Russell, pendiri Pelvic Floor Secrets.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.